Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 08:40 WIB | Kamis, 11 Juli 2013

Demensia Momok Bagi Orang Tua yang Berumur Panjang

Scan otak pasien demensia (kiri), dan otak normal (kanan). (bbc.co.uk)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Meningkatnya umur harapan hidup seseorang karena pelayanan kesehatan yang lebih baik serta meningkatnya kemakmuran, tidak selalu menjadi hal yang menggembirakan bagi keluarga ketika orang tua didiagnosis demensia. Menurut sebuah laporan penelitian dari Alzheimer’s Society di Inggris, demensia bukanlah proses normal dalam penuaan. 

Demensia adalah sekumpulan gejala hilangnya kemampuan mental meliputi perubahan kepribadian, kehilangan ingatan, masalah berbahasa, mengerjakan tugas sehari-hari, perubahan mood, masalah dalam berkomunikasi, memproses informasi, memahami dan meutuskan. Gejala tersebut seringkali disebut “pikun” di Indonesia. 

Tahun 2010 diperkirakan 35,6 miliar kasus demensia dan diantaranya berasal dari negara-negara berkembang dan kelompok ekonomi menengah ke bawah berdasarkan laporan WHO, dan kasus baru demensia ini terdiagnosa setiap empat detik di seluruh dunia. Penderita demensia di Indonesia ada sekitar satu juta orang menurut data Asosiasi Alzheimer Indonesia. 

Penyebab 

Demensia disebabkan karena kerusakan sel otak, dan secara perlahan-lahan sel otak mati yang bisa menghentikan mereka berkomunikasi dengan orang lain. Terlihat dari scan otak berupa penyusutan yang seperti gumpalan kabut. Hal ini terjadi karena penyumbatan pembuluh darah yang menyediakan nutrisi bagi sel otak, berujung pada kerusakan otak. 

Demensia bukanlah penyakit menular, namun peneliti menemukan terdapat faktor genetik.  Faktor risiko juga meliputi merokok, kondisi stres yang berkepanjangan dan depresi, pecandu alkohol berat, diet yang salah, dan kurangnya olah raga. 

Pengobatan

Demensia bersifat progresif, yang berarti gejalanya akan memburuk perlahan-lahan. Seberapa besar perkembangan demensia tergantung dari individu dan tipe demensia yang mereka miliki. Ada sekitar 100 tipe berbeda dari demensia menurut Alzheimer’s Society. Tidak ada obat untuk menyembuhkan meskipun ada pengobatan yang bisa memperlambat gejalanya hanya terbatas untuk beberapa tipe demensia saja. 

Saat ini pengobatan demensia di Indonesia hanya sebatas mengobati gejala (pada umumnya diberikan obat anti depresan) dengan berbagai strategi pendekatan (perilaku, pembiasaan, suportif, konseling, ataupun cara pendampingan yang sesuai melalui program khusus). Itupun hanya bisa dijangkau bagi masyarakat yang memungkinkan dari segi perekonomiannya.

Dukungan Keluarga

Diagnosis awal akan membantu pengasuh untuk tahu apa yang perlu dipersiapkan. Penderita demensia selalu merasa kesepian, oleh karena itu keluarga adalah hal terpenting bagi mereka untuk bertahan hidup mengingat keluarga adalah orang terdekat. Merawat orang tua yang menderita demensia bukanlah hal yang mudah karena harus memiliki ekstra kesabaran, dan seringkali orang yang merawat juga merasakan kelelahan. 

Ada beberapa tips seperti dilansir dari Asosiasi Alzheimer Indonesia untuk memberikan perawatan kepada penderita demensia terutama untuk keluarga yaitu membina hubungan saling percaya dan jujur, ciptakan lingkungan terapeutik (tenang, tidak bising, sejuk, aman, warna dinding kamar teduh), reorientasi WTO (waktu, tempat, orang), beri perhatian termasuk kebutuhan dasar, tindakan menyangkal/menolak halusinasi (bila ada), tingkatkan komunikasi melalui empati, konsisten, menepati janji, bicara jelas dan lakukan kontak mata dan sentuhan fisik, serta berikan motivasi untuk merawat diri. 

Di Indonesia masih belum banyak tempat yang menyediakan pelayanan untuk pasien demensia misalnya petugas kesehatan (medis dan nonmedis), serta minimnya pemahaman masyarakat. Diharapkan demensia juga bisa menjadi prioritas nasional bagi peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia terutama peran serta pemerintah, petugas kesehatan, kaum muda dan lembaga masyarakat. Demensia sudah menjadi prioritas nasional dan terus diadakan penelitian untuk penyakit ini di negara maju misalnya Inggris dan Amerika. Ironisnya penderita demensia terbanyak adalah yang berasal dari negara-negara berkembang. 

 

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home