Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 19:27 WIB | Jumat, 06 November 2015

Dewan AIDS Malaysia Khawatir TPP Matikan Akses Obat Generik

Ilustrasi: Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang melihat persedian obat generik di ruang penyimpanan obat saat sidak di Apotik Titi Murni, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (20/3). Sidak yang rutin dilakukan selama enam bulan sekali ini untuk mengetahui harga eceran obat generik di pasaran. (Foto: ANTARA/Dhoni Setiawan)

KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM - Dewan AIDS Malaysia mengkhawatirkan pelaksanaan isi kesepakatan pakta perdagangan Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP) akan menyulitkan rakyat Malaysia untuk mendapatkan obat-obat generik.

Pasalnya, setelah pemerintah Amerika Serikat pada hari Kamis (5/11) membuka informasi lengkap isi kesepakatan TPP, yang ditandatangani oleh 12 negara anggotanya - Australia, Brunei, Kanada, Cile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, Amerika Serikat dan Vietnam - Dewan AIDS Malaysia mempersoalkan salah satu babnya mengenai Hak Kekayaan Intelektual.

Dengan pelaksanaan TPP, perubahan obat paten menjadi obat generik menjadi lebih lambat (lebih dari 20 tahun bila TPP diterapkan). Ini berarti pemerintah Malaysia dan masyarakat Malaysia  harus membayar harga penuh obat bermerek dengan harga yang sangat tinggi.

Selain itu, pelaksanaan isi kesepakatan TPP itu, menurut Dewan AIDS Malaysia, dapat berdampak pada menghilangnya anggaran kesehatan masyarakat Malaysia.

“Kami sebagai sebuah organisasi merasa takut bila menyetujui isi kesepakatan itu. Ketakutan terburuk kami adalah bahwa ketentuan ini akan menempatkan obat generik lepas dari tangan pasien di seluruh Malaysia dan menghilangkan anggaran kesehatan masyarakat,” kata Dewan AIDS Malaysia.

Sebuah data menunjukkan, Malaysia sangat bergantung pada obat-obatan generik dan sebanyak 85 persen para apoteker merekomendasikan obat generik dibandingkan obat-obatan bermerek di Malaysia.

Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 10.000 daerah pasien kanker, sekitar 45 persen pasien kanker Malaysia menderita 'bencana keuangan' karena biaya medis melebihi 30 persen dari pendapatan rumah tangga 12 bulan setelah diagnosis.

Sementara itu, dalam hal pengobatan HIV, Malaysia saat ini membayar sampai delapan kali lipat lebih untuk mendapatkan obat lopinavir-ritonavir HIV bila dibandingkan dengan negara-negara yang digolongkan memiliki pendapatan yang sama.

Baru-baru ini sebuah obat baru (Sofosbuvir) yang dapat menyembuhkan Hepatitis C sedang dibanderol dengan harga RM 357.000 atau sekitar Rp 1,1 miliar untuk perawatan 12 minggu. Sedangkan versi generik dari obat HIV dan HCV itu dapat diperoleh dengan harga sebagiannya dari total biaya-biaya tersebut. Misalnya, versi generik dari Sofosbuvir dapat disediakan dengan harga RM 750.06-1.579.07 (Rp 2.373.727-4.997.488) selama 12 minggu perawatan.

Menteri Perdagangan Internasional dan Industri, Dato 'Sri Mustapa Mohamed, mengatakan bahwa data eksklusivitas atau paten dalam ketentuan TPP' tidak akan mempengaruhi harga obat-obatan.

Pada bulan Oktober 2015, Wakil Menteri Kesehatan menyatakan: "Kementerian Kesehatan telah mengumumkan bahwa kita tidak setuju dengan perpanjangan durasi (paten) dari obat-obatan, hal itu akan membebani rakyat." (themalaymailonline.com)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home