Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 16:43 WIB | Senin, 17 Agustus 2015

Di Assam India Melahirkan Bisa Berarti Kematian

Keluarga India beristirahat di ruangan pemulihan untuk wanita yang melahirkan melalui bedah sesar, di Rumah Sakit Sipil Tezpur di Assam, India. April 2015. Assam memiliki tingkat tertinggi kematian ibu saat melahirkan karena minimnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat. (Foto: Time .com/Getty images/Lynsey Addario)

ASSAM INDIA, SATUHARAPAN.COM - Nazreen Khatoon, seorang petani pemetik teh yang berusia 25 tahun, telah melahirkan anak laki-laki pada bulan Maret. Namun dua minggu kemudian, ia kembali ke rumah sakit pemerintah daerah karena menderita sakit anemia berat.

Kondisi Khatoon adalah terlalu umum di Assam, salah satu negara bagian termiskin di India, di mana survei kesehatan nasional terakhir keluarga pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 70 persen wanita menderita sakit anemia.

India negara penghasil perkebunan teh, yang menjadi pemasok keenam teh dunia, sekaligus negara di mana anemia serta kekurangan gizi menjadi endemik.

Selama musim panen, pekerja di seluruh perkebunan memetik lebih dari 20 kg daun teh per orang, dengan upah yang pada 2014 sebesar US$ 1,50 (Rp 20.793) per hari.

Untuk menjaga agar tetap produktif, pekerja perempuan membawa daun teh di keranjang atau tas tergantung di punggung selama kehamilan. Buruknya pelayanan kesehatan untuk masyarakat, menyebabkan  banyak perempuan yang meninggal akibat komplikasi selama kehamilan atau persalinan.

Akibatnya, Assam memiliki angka kematian ibu tertinggi di India, sebuah Negara Bagian yang secara keseluruhan menyumbang sekitar 50.000 dari 289.000 kematian ibu melahirkan di seluruh dunia pada tahun 2013.

Sebenarnya kematian ini dapat dicegah, tetapi belum bisa karena buruknya pelayanan kesehatan masyarakat. Bahkan menurut Bank Dunia, secara umum perkonomian India kurang memberi dukungan bagi kesehatan masyarakat, dibandingkan negara-negara miskin seperti Sierra Leone, Kamerun dan Nepal.

Lynsey Addario seorang fotografer, saat tiba di Assam pada bulan April lalu dengan ditemani Nazdeek seorang aktivis HAM India yang didukung oleh The US Charity Every Mother Counts, di rumah sakit tersebut meihat kondisi Khatoon yang sangat menyedihkan. Demikian pula dengan pasien lain yang membutuhkan pertolongan medis, tergeletak di lantai di bangsal dan lorong-lorong,  hanya ada perawat untuk menjaga mereka, sedangkan dokter yang datang hanya dua kali sehari.

Addario yang juga pernah mengunjungi zona perang dari Afghanistan hingga ke Suriah dan biasa melihat kondisi buruk yang sama dan menyedihkan, namun di Assam ternyata yang terburuk.

"Saya melihat kondisi buruk umumnya di negara-negara pascakonflik, atau di tempat-tempat yang sedang berperang, dengan alasan karena peperangan, infrastruktur mereka menjadi rusak," katanya.  

Ia menambahkan, hal ini mengingatkan dia pada kondisi sebuah rumah sakit di Somalia, di mana ia melihat "orang berserakan di lantai bangsal.”

"Melihat kondisi Khatoon dirawat di rumah sakit Assam, telah membuat saya sangat sedih dan tertekan," kata Addario.

Pada akhirnya Khatoon,  dipindahkan dan dirawat di sebuah rumah sakit swasta di Assam, setelah kerabatnya mengumpulkan uang. Terlalu banyak perempuan lain seperti dia, meskipun akhirnya hasilnya bukan berarti  pemulihan, akan tetapi kematian. (time.com)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home