Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 11:36 WIB | Rabu, 11 Oktober 2023

Di Sidang Umum CCA, Sekjen WCC Serukan Gereja Tanggapi Krisis Dunia

Sekretaris Jenderal Dewan Gereja-gereja Dunia (WCC), Pdt. Prof. Dr Jerry Pillay dalam pidato Sidang Umum ke-15 Christian Conference of Asia (CCA/Konferensi Gereja-gereja di Asia). Sidang berlangsung pada 28 September hingga 4 Oktober di Kottayam, India. (Foto: CCA)

KOTTAYAM, SATUHARAPAN.COM-Sekretaris Jenderal Dewan Gereja-gereja Dunia (WCC), Pdt. Prof. Dr Jerry Pillay, mengungkapkan tentang tanda-tanda zaman melalui “poly-crisis” atau guncangan yang dihadapi di seluruh dunia saat ini, seperti masalah geopolitik, dan krisis di bidang energi, ekonomi, dan iklim.

Dia mencatat ketidakmampuan atau keengganan lembaga-lembaga politik untuk mengatasi tantangan multidimensi dan kompleks tersebut, katanya dalam pidato Sidang Umum ke-15 Christian Conference of Asia (CCA/Konferensi Gereja-gereja di Asia) yang berlangsung pada 28 September hingga 4 Oktober di Kottayam, India.

Tema Sidang adalah “Tuhan, Perbarui Kami dalam Roh-Mu dan Kembalikan Ciptaan”.  Dia mengatakan hususnya kata ‘perbarui’ dan ‘pulihkan’, menyiratkan bahwa ada sesuatu yang telah hilang dan kita harus kembali ke keadaan yang seharusnya. Ini adalah langkah pertama menuju transformasi nyata. Gereja juga membutuhkan pemulihan seperti halnya dunia, yang ditandai dengan ketidakadilan, korupsi, penipuan, dan ketidakbenaran.

Dia mengatakan, “Diciptakan menurut gambar Allah merupakan suatu kehormatan besar, dan tanggung jawab yang besar,” kata Pdt. Dr Pillay memberikan beberapa landasan teologis mengapa komunitas Kristen harus menanggapi krisis iklim dengan serius, dan menyerukan untuk menjalankan tanggung jawab dan kepedulian.

“Manusia, sebagai agen moral dan agen perubahan sosial, memiliki kekuatan untuk membuat pilihan moral yang positif dan terlibat dalam tindakan liberatif yang bertujuan untuk mengubah masyarakat sesuai dengan norma moral keadilan,” katanya.

Keadilan menuntut kita untuk fokus terutama pada pemenuhan kebutuhan masyarakat miskin dan tertindas baik di dalam negeri maupun global. Keadilan juga harus diperluas ke kehidupan non-manusia.

Oleh karena itu, kebijakan dan sistem ekonomi juga harus dievaluasi secara sosial dan ekologis berdasarkan manfaat dan kerugiannya terhadap kesejahteraan semua orang dalam hubungan kita yang saling bergantung.

“Selaras dengan tujuan ilahi, umat manusia (khususnya umat Kristiani) harus secara radikal terlibat dalam perjuangan demi keadilan, dan bersedia menderita dengan berani demi penebusan komunitas manusia,” kata Pdt. Dr Pillay.

“Sebagai Sekretaris Jenderal WCC, saya mengamati setiap hari betapa jauhnya kita dari apa yang Tuhan inginkan dan kehendaki bagi dunia. Tuhan menginginkan keadilan, rekonsiliasi, persatuan, dan perdamaian. Yang kita inginkan adalah perpecahan, perselisihan, kebencian, peperangan, dan perpecahan,” katanya.

“Tidaklah mengherankan jika dunia berada dalam kekacauan. Itulah sebabnya kami harus terus berdoa: ya Tuhan, perbarui Roh-Mu di dalam kami dan pulihkan ciptaan-Mu. Ini merupakan pengakuan bahwa kita tidak dapat melakukannya sendiri, bahwa kita membutuhkan Roh Kudus dari Tuhan untuk menolong kita. Roh Tuhan mampu melakukan hal yang mustahil. Mari kita terus berdoa, berjalan, dan bekerja memulihkan ciptaan Tuhan dengan Tuhan memimpin kita. Saat kita berdoa, Tuhan memperbaharui Roh-Mu di dalam kita dan memulihkan ciptaan, marilah kita berdoa dengan mengatakan, “Tuhan, mulailah dengan saya, dan bekerja di dalam saya, dan melalui saya untuk memulihkan ciptaan-Mu,” kata Prof. Dr Pillay.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home