Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 07:44 WIB | Rabu, 04 Februari 2015

Dirut Pertamina Tolak Ultimatum DPR Turunkan Harga Solar

Para anggota Kementerian ESDM dan jajaran PT Pertamina saat menjalani rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (3/2). (Foto: Prasasta)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan tidak dapat menuruti permintaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menurunkan harga solar. Dwi mengemukakan penurunan harga solar akan merugikan PT Pertamina (Persero).

"Berdasarkan hitungan kami, paling feasible adalah 6.200 rupiah per liter. Dengan harga Solar segitu masih ada ruang bagi Pertamina untuk bernafas," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto saat Rapat Dengar Pendapat bersama Menteri Energi Sumber Daya Mineral dan Komisi VII, di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Selasa (3/2).

Komisi VII DPR dalam rapat kerja dengan Menteri ESDM Sudirman Said mendesak agar harga Solar diturunkan dari 6.400 rupiah per liter menjadi 6.000 rupiah per liter.

Dwi beralasan Pertamina selalu merugi, berdasar hitungan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), dia mencontohkan sejak audit 2009 Pertamina butuh dukungan banyak pihak karena sulit melancarkan bisnisnya.

"Tekanan saat ini di upstream (hulu) akibat turunnya harga minyak begitu sangat keras. Kami berharap dapat mengurangi tekanan itu dari sisi downstream (hilir)," ucap Dwi.

Para anggota DPR yang menghadiri rapat di Komisi VII tidak mempermasalahkan alokasi untuk infrastruktur, akan tetapi dengan harga Rp.6.600 saat ini mereka menilai masih terlalu mahal sehingga mereka mendesak pemerintah untuk segera menurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar menjadi Rp6.000 per liter.

"Kami setuju subsidi tetap untuk solar 1.000 rupiah per liter. Maka harga baru solar 6.000 rupiah harus segera diterapkan. Kalau tidak malam ini ya besok (diterapkan harga baru)," kata Kardaya.

Dalam raker tersebut, Komisi VII DPR menyepakati kebijakan penyesuaian harga premium sesuai harga pasar dengan formula yang ditetapkan pemerintah.

Komisi VII DPR juga menyepakati alpha atau biaya distribusi dan marjin untuk solar dalam RAPBN Perubahan 2015 sebesar Rp1.000 per liter.

Angka alpha itu naik dibandingkan 2014 yang Rp745 per liter. Pada 2014, dengan alpha Rp745 per liter, Pertamina mengalami kerugian pendistribusian BBM subsidi senilai Rp3,9 triliun. Dengan kenaikan alpha menjadi Rp1.000 per liter, Pertamina diharapkan tidak lagi mengalami kerugian. Angka alpha tersebut sesuai dengan formula harga sesuai Perpres No 191 Tahun 2015.

Komisi VII DPR juga menyepakati kuota solar subsidi sebesar 17,05 juta kiloliter dalam RAPBN Perubahan 2015 dengan besaran subsidi Rp1.000 per liter atau total subsidi Rp17,05 triliun.

Tak hanya Kardaya, semua anggota Komisi VII juga mendesak agar pemerintah secepatnya menerapkan harga baru tersebut. Ramson Siagian, anggota Komisi VII dari fraksi Gerindra mengancam DPR bakal mencabut dukungan jika pemerintah tidak menurunkan harga baru secepatnya.

"Kami minta harga solar diturunkan jadi Rp6.000, paling lama tanggal 9 Februari,” kata Ramson.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri ESDM, Sudirman Said sependapat dengan Dwi Soetjipto  yakni perubahan harga adalah kewenangan pemerintah, dan tentunya keputusan tersebut harus dirapatkan di Menko Perekonomian, Menko Maritim, Menteri Keuangan, Menteri BUMN, bahkan atas pertimbangan Presiden.

"Kami hargai pendapatan dari Komisi VII DPR, kami sepakat akan turunkan harga, tapi berapa besarannya, waktunya kapan itu kami harus diskusikan dulu, tidak bisa langsung di forum ini," kata Sudirman.

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang turut memberi penjelasan yakni dengan perkiraan angka MOPS (Mean of Plats Singapore) yang berkisar pada angka 69,1 dolar Amerika Serikat per barel. Harga dasar BBM  6.438 rupiah per liter ditambah margin SPBU, distribusi, penyimpanan dan lainnya termasuk pajak jadi  7.404 rupiah per liter kemudian masih ditambah subsidi solar  1.000 rupiah per liter, artinya harganya Rp 6.400/liter,

“Itu sudah pas harganya segitu," kata  Ahmad Bambang.

Bambang menjelaskan, bila sekarang DPR mendesak pemerintah penurunan harga solar menjadi Rp 6.400/liter dengan asumsi alpha dinaikkan jadi Rp 1.000/liter, harganya tidak jauh beda.

"Kan alphanya naik dari Rp 734/liter jadi Rp 1.000/liter, tambahan Rp 300-an/liter itu berasal dari value of stock BBM 22 hari yang disediakan Pertamina, sama saja sebenarnya," kata Ahmad Bambang.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home