Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 09:28 WIB | Sabtu, 08 Agustus 2015

Ditolak di Zaman SBY, Jokowi Kini Siap Gabung dengan TPP

Para pemimpin negara anggota dan calon anggota Trans Pacific Partnership dalam sebuah pertemuan pada tahun 2010. (Foto: wikimedia.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM -  Sepanjang pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia selalu menyatakan tidak berminat bergabung dengan pakta perdagangan Asia Pasifik yang dikenal dengan nama Trans Pacific Partnership (TPP). Alasannya, Indonesia belum siap. Tetapi kini, di bawah pemerintahan Joko Widodo, hal itu berubah.

Menteri Koordinator Perekonomian, Sofyan Djalil, mengatakan Indonesia membuka kemungkinan ikut pada pakta perdagangan beranggotakan 12 negara itu,  menyusul keberhasilan Presiden AS Barack Obama meloloskan legislasi terkait pakta tersebut di Kongres AS.

Menurut klaim para anggotanya, TPP  akan memotong hambatan perdagangan dan harmonisasi standar di seluruh 12 negara pantai Pasifik, termasuk Australia dan Jepang, yang memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) gabungan sebesar US $ 28 triliun.

Indonesia awalnya menentang bergabung dengan TPP tetapi kini berbalik karena undang-undang penting untuk mengamankan kesepakatan itu telah disahkan oleh Senat AS pada bulan Juni, kata Sofyan, sebagaimana dikutip oleh Reuters..

"Banyak pembuat kebijakan di Asia tidak percaya bahwa Presiden Obama akan mendapatkan mandat," kata Sofyan dalam wawancara  Reuters pada hari Jumat (7/8). "TPP kini semakin dekat dan lebih dekat dengan kenyataan, dan sekarang pilihan adalah untuk bergabung atau Anda ditinggalkan," kata dia.

"Tentu saja kita harus melihat itu, kita harus mempelajarinya secara komprehensif ... Tapi pada dasarnya, kita tidak memiliki masalah apapun."

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, mengungkapkan keyakinan pada hari Jumat bahwa pakta perdagangan itu bisa selesai tahun ini meskipun negara-negara yang terlibat, gagal mengatasi sengketa atas perdagangan otomatis, produk susu dan obat-generasi berikutnya, dalam negosiasi terbaru mereka.

Indonesia, yang ekspor telah menyusut setiap bulan sejak Oktober lalu karena penurunan harga dan permintaan komoditas, kini mempelajari dampak potensial dari TPP pada perdagangan luar negeri, kata Djalil.

Indonesia juga akan memmulai putaran lain pembicaraan tentang perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa bulan depan, tambahnya.

Di zaman SBY, Indonesia menolak bergabung dengan TPP karena ingin lebih berkonsentrasi di kawasan ASEAN. Wakil Menteri Keuangan ketika itu, Mehendra Siregar, mengatakan bahwa Indonesia menolak ajakan Presiden AS Barack Obama untuk masuk. "Indonesia tidak berminat masuk TPP. Kita lebih konsentrasi pada perekonomian kawasan ASEAN," ujarnya dalam sebuah konferensi pers di Hotel Borobudur Jakarta, November 2011 sebagaimana dikutip sejumlah media.

Hal serupa dikemukakan Menteri Perdagangan ketika itu, Gita Wiryawan. Menurut dia, ajakan Obama pada KTT APEC 2011 untuk bergabung ke TPP tidak disambut karena Indonesia masih harus menyiapkan diri berkompetisi dengan industri di negara-negara maju yang bergabung dengan TPP. 

"Ya (kita tolak). Kita juga harus lihat kesiapan industri kita apakah siap buat berkompetisi dengan negara lain. Industrialisasi di negara lain sudah maju 100-200 tahun. Ke depan ini kita harus berkomunikasi dengan kementerian terkait. Yakinkan kita bisa ukur parameter industri kita sudah terpenuhi atau belum," kata Gita ketika itu.

Negara-negara yang sudah menyatakan bergabung dengan TPP adalah Amerika Serikat, Jepang, Australia, Brunei, Kanada, CIle, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura dan Vietnam.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home