Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:27 WIB | Senin, 04 Januari 2016

Dosen UGM Gagas Apoteker Cilik

Prof Dr Zullies Ikawati Apt, dosen Farmasi UGM , menyosialisasikan pengenalan obat-obatan kepada anak SD di Yogyakarta melalui maskot. (Foto: ugm.ac.id)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mungkin dokter kecil sudah tidak asing di telinga kita, namun kita jarang mendengar istilah apoteker cilik. Gagasan apatoker cilik ini dicetuskan oleh Prof Dr Zullies Ikawati Apt, dan didukung oleh Dr Triana Hetriani MSi Apt dan Prof Dr Agung Endro Nugroho MSi Apt. Ketiganya merupakan dosen di Fakultas Farmasi UGM.

Pentingnya memberikan pengetahuan terhadap anak-anak mengenai obat-obatan, membuat Zullies berinisiatif memberikan pengenalan tentang dunia kesehatan sejak kecil kepada anak-anak melalui program apoteker cilik.

Zullies memulai dengan mengajak anak-anak di SD Luqmanul Hakim dan SDN Kentungan, untuk mengenal obat-obatan, jajanan sehat dan obat tradisional melalui kegiatan ekstrakurikuler apoteker cilik.

“Masyarakat banyak yang belum mengenal apoteker. Melalui apoteker cilik ini kita berusaha untuk mengenalkan apoteker ke masyarakat. Jadi, apoteker itu bagian dari kesehatan dan kita ini satu tim,” kata Zullies, Senin (4/1).

Didukung hibah penelitian dari Dikti, Zullies telah memulai pengajaran terhadap apoteker cilik ini sejak Agustus 2015.

Melalui ide apoteker cilik ini, Zullies ingin mensinergikan antara dokter kecil dan apoteker cilik. Menurut Zullies selama ini informasi mengenai jajanan, narkoba, dan jamu masih simpang siur. Terkadang masyarakat masih salah menafsirkan seperti apa jajanan tidak sehat itu, bagaimana bahaya narkoba, dan bentuk jamu yang menyehatkan seperti apa. Melalui apoteker cilik ini diharapkan anak-anak dapat menjadi agen yang bisa meluruskan kesimpangsiuran itu.

“Masalah jajanan, narkoba, jamu, banyak informasi yang simpang siur. Harapannya, anak-anak dapat informasi yang jelas. Anak-anak jadi agen informasi,” katanya.

Dengan menggandeng Piogama (Pelayanan Informasi Obat Gadjah Mada), Zullies dan tim mengadakan sosialisasi ini setiap hari seusai anak-anak pulang sekolah.

Untuk lebih memudahkan pengajaran pengenalan mengenai obat-obatan ini, Zullies dan tim menggunakan tiga maskot, antara lain Jeksi, Tabby, dan Kapsi.

Jeksi berasal dari kata injeksi memiliki bentuk mirip alat suntik berwarna hijau. Tabby berasal dari kata tablet bertindak sebagai tokoh perempuan berwarna merah muda. Kapsi berasal dari kata kapsul dengan warna merah menyerupai obat yang berbentuk kapsul. Melalui boneka maskot ini, Zullies dan tim mudah mengenalkan dunia apoteker pada anak-anak.

“Sasaran kami kelas 5 SD, karena kelas 6 sedang sibuk menyiapkan ujian sekolah, lalu kelas 4 ke bawah masih terlalu kecil. Namun, tidak menutup kemungkinan jika mereka berminat untuk bergabung dengan kita,” kata Zullies.

Selain dibantu oleh maskot-maskot yang dibuat oleh tim, Zullies juga membuat komik apoteker cilik. Harapannya, buku komik ini bisa disosialisasikan lebih jauh untuk anak-anak Indonesia. Dengan begitu, anak-anak bisa menjadi agen kesehatan (ugm.ac.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home