Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:07 WIB | Selasa, 30 Agustus 2016

Ekspedisi Oseanografi KKP Persiapan Hadapi Fenomena Monsun

Ilustrasi peta risiko dan dampak perubahan iklim pada 2050 menurut Marco Springmann dari University of Oxford. (Foto: Antara/futureoffood.ox.ac.uk)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ekspedisi Oseanografi Indonesia Bagian Timur,  yang diadakan oleh Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan persiapan menghadapi fenomena perubahan iklim secara ekstrem atau monsun di bagian tenggara yang terjadi pada Juli hingga September.

"Pada periode itu, angin permukaan di Laut Banda, Laut Maluku, Selat Makassar, dan Selat Lombok berembus ke arah barat laut yang menyebabkan suhu permukaan air laut lebih dingin dan terjadinya `upwelling`," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Zulficar Mochtar di Jakarta, Senin (29/8).

Ia mengatakan,  saat monsun barat sekitar November-Maret, angin permukaan berembus ke tenggara sehingga membuat suhu permukaan air laut lebih hangat dan mengurangi arus lintas Indonesia (Arlindo).

Balitbang KP, menerjunkan lebih dari 25 peneliti bidang ilmu kelautan yang mulai berlayar dari Pelabuhan Benoa, Bali dan mengarungi lautan menggunakan kapal riset Baruna Jaya VIII hingga September mendatang.

Jalur ekspedisi meliputi Laut Banda, Laut Maluku, Selat Makassar, dan Selat Lombok yang merupakan salah satu basin (lembah) laut dalam di perairan Indonesia bagian timur.

Ekspedisi oseanografi Indonesia timur itu, dilakukan dengan berbagai pertimbangan, yakni kondisi perubahan iklim La Nina berpengaruh terhadap daya angkut massa air dari Samudera Pasifik ke Hindia dan kekuatan "upwelling" di Laut Banda.

Ekspedisi juga memvalidasi kapal yang beroperasi di perairan laut Indonesia bagian timur, karena berkaitan dengan penangkapan ilegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing.

Sebelumnya, telah dilakukan kajian dan teridentifikasi beberapa permasalahan yang terkait dengan pengelolaan di kawasan Laut Banda, yakni degradasi ekosistem dan lingkungan yang ditandai kerusakan terumbu karang di wilayah pesisir dan laut, lemahnya aturan, dan penangkapan ikan yang berlebihan.

Dia mengatakan pelaksanaan ekspedisi akan melihat kondisi lingkungan laut dan aktivitasnya, meliputi pengukuran parameter fisik, kimia, biologi, pengamatan pengaruh kondisi perubahan iklim La Nina terhadap aktivitas perikanan tangkap, dan analisis fenomena laut, serta prediksi laut ke depan.

"Termasuk IUU Fishing melalui validasi terhadap jenis dan keberadaan kapal menggunakan data radar dan validasi lapangan, serta identifikasi keberadaan rumpon di perairan timur Indonesia," kata Zulficar.  (Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home