Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 22:49 WIB | Selasa, 31 Maret 2015

Garin: Film Ibarat Arloji

Garin Nugroho, sutradara senioor Indonesia saat ditemui di Kuningan, Jakarta, Selasa (31/3) sore. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - "Sebuah film yang baik itu seperti arloji. Seluruh skrupnya bergerak dengan baik."

Begitulah ungkapan Garin Nugraha, sutradara yang telah berkiprah 30 tahun di dunia film Tanah Air. Karya-karyanya memang tak perlu diragukan. Kerapkali ia berhasil memvisualisasikan secara gamblang perspektifnya terhadap hal yang ia angkat menjadi film dengan rapih. 

Seperti film terbarunya, Guru Bangsa: Tjokroaminoto, Garin bersama para 'pekerja' seni film berhasil membangkitkan semangat nasionalisme. 

Seperti yang dikatakanya, segenap crew dan pemain telah berlaku seperti skrup menggerakkan arloji untuk menciptakan sebuah karya yang patut diapresiasi.

"Politikus mana yang bisa membangkitkan nasionalisme semangat ketokohan bangsa ini? Tapi justru para aktor yang sering disepelekan, mereka yang bisa membahasakan semangat juang tokoh-tokoh pemimpin masa lalu," kata Garin di Kuningan, Jakarta Pusat, Selasa (31/3) sore. 

Selain menggandeng pelaku-pelaku peran yang tak diragukan, ia juga kerap merepresentasi simbol untuk menggambarkan kehidupan ekonomi, sastra, kebudayaan, politik, dan berbagai sendi lain di tiap karyanya. 

"Kenapa saya memvisualisasikan film dengan baik, itu karena saya merepresentasikan ruang publik, ruang ekonomi, ruang politik dari kehidupan saat itu. Seluruhnya kita letakkan betul ruang hidup sehari-hari," ujar Garin. 

Isi film menurutnya adalah sebuah dialog yang menerangkan keseluruhan aspek. Untuk mengelola film, kata Garin, butuh kerja sama antara semua elemen. 

Arah Film Tanah Air

Di usia perfilman Tanah Air yang mencapai angka 65 ini, Garin memandang arah film Indonesia menuju produktivitas yang kritis dengan beragam jenis film yang diapresiasi dengan ruangnya masing-masing. 

"Itulah yang harus dibangun. Kebijakan politiknya masih kebijakan politik harapan," kata Garin. 

Sementara, memandang stereotipe film yang seakan telah menjadi bagian dari industri tak terlalu mempermasalahkan. Baginya, stereotipe adalah bagian industri ekonomi massal. 

"Tapi yang dibutuhkan, masyarakat punya pilihan tontonan yang lain itulah demokratisasi film. Kalau semua menjadi stereotipe berarti demokratisasi tak tercapai," ujar Garin kepada satuharapan.com seusai konferensi pers. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home