Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 12:17 WIB | Kamis, 15 Desember 2016

Gencatan Senjata di Aleppo Dilanggar

Bagian dari kota Aleppo yang hancur akibat pertempuran. Perang sipil di Suriah yang hampir enam tahun telah menghacurkan kota kedua terbesar negara itu, yang merupakan kekuatan ekonomi sbelum perang. Warga sipil terjepit di kota itu,dan menghadapi kesulitan untuk menghindari pertempuran. (Foto: dari AFP)

SURIAH, SATUHARAPAN.COM - Pejabat pemberontak Suriah dan pejabat militer pro Presiden Suriah, Bashar Al Assad mengatakan bahwa mereka menyepakati gencatan senjata untuk beberapa jam sampai sekitar 15.000 orang dievakuasi dari dua desa yang dikepung pemberontak di Idlib pada hari Kamis (15/12) pagi waktu setempat .

Evakuasi dari wilayah Aleppo yang dikuasai pemberontak diharapkan mulai sekitar pukul 06:00 (04.00 GMT) pada hari Kamis ini, kata pejabat dari kelompok pemberontak Jabha Shamiya.

Namun tampaknya gencatan senjata itu terlalu rapuh. Sebelumnya, pejabat pemberontak Suriah mengatakan pada hari Rabu (14/12) bahwa gerilyawan telah melancarkan serangan balik terhadap pasukan pemerintah di kota Aleppo. Pertempuran masih berkecamuk setelah kesepakatan gencatan senjata yang tampaknya gagal.

Zakaria Malahifji dari kelompok Fastaqim mengatakan kepada Reuters bahwa anak buahnya "telah memulai aksi militer" dari daerah tersisa yang mereka kuasai di kota itu.

Sementara Observatorium Suriah untuk hak asasi manusia mengatakan saksi mata melaporkan bahwa pemberontak telah melancarkan serangan bom mobil di wilayah kota tua bersejarah.

Ledakan terjadi di Aleppo, pada hari Rabu sehari setelah gencatan senjata dimulai di kota itu, bahkan situasi menjadi lebih kacau dan membingungkan.

Al Assad Menolak

Sementara itu, Presiden Suriah, Bashar Al Assad, mengatakan bahwa negara-negara Barat sedang mengupayakan gencatan senjata di wilayah utara kota Aleppo untuk menyelamatkan "para teroris."

Al Assad berbicara kepada Russia Today yang disiarkan hari Rabu. Dia berkomentar setelah pasukan pemerintah dan milisi sekutunya menguasai semua wilayah yang sebelumnya dikuasai pemberontak.

Ribuan warga sipil, bersama pemberontak, tetap bertahan di wilayah kecil itu. Sebuah gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia dan Turki dimaksudkan untuk memungkinkan evakuasi mereka.

Assad mengatakan bahwa gencatan senjata itu untuk menghentikan kontrol pemerintah di kota itu dan "menjaga teroris dan menyelamatkan mereka." Dia juga mengatakan penangkapan kota kuno Palmyra oleh militan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) adalah cara untuk "mengalihkan perhatian" dari serangan ke Aleppo.

Evakuasi Tertunda

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, dilaporkan menuding pasukan pemerintah Suriah dan kelompok-kelompok lain berusaha untuk menghalangi kesepakatan gencatan senjata untuk mengevakuasi warga sipil dan pemberontak dari Aleppo.

Sementara itu, sumber di Tentara Pembebasan Suriah melaporkan bahwa pasukan rezim Bashar Al Assad kembali menembaki wilayah timur Aleppo. Dan aktivis Observatorium melaporkan bahwa milisi Iran membom warga sipil di wilayah Al-Anshari, Al-Sikar, dan Al-Mashhad di Aleppo.

Menurut jaringan berita Sham, proses evakuasi warga Aleppo tertunda sampai hari Kamis, meski dijadwalkan saat fajar pada hari Rabu. Namun masih belum jelas apa yang menyebabkan penundaan. Ada spekulasi bahwa milisi Syiah yang didukung Iran menolak kesepakatan antara Rusia dan tentang Aleppo.

Rusia, pada Rabu, mengumumkan bahwa 6.000 warga sipil dan 366 pejuang keluar dari Aleppo dalam 24 jam terakhir. Observatorium Suriah mengatakan sejauh ini tidak ada warga sipil atau pejuang yang meninggalkan Timur Aleppo.

Mereka mengumumkan bahwa semua pejuang akan meninggalkan kota, termasuk kelompok Jabhat Fatah Al-Sham, mantan Front Al Nusra. Aktivis juga melaporkan bahwa milisi Iran hadir di kawasan itu mencegah bus yang membawa warga sipil keluar dari lingkungan Aleppo.

Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, seperti dikutip AFP, mengatakan bahwa ada hambatan untuk proses evakuasi warga sipil yang terperangkap di Aleppo timur, dan menyerukan kehadiran pengamat internasional di lapangan.

Kesepakatan Putin dan Erdogan

Sementara itu, dilaporkan bahwa Presiden Rusia, Valdimir Putin dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sepakat untuk melakukan upaya bersama mengevakuasi warga sipil dan pemberontak dari Aleppo, dalam pembicaraan telefon hari Rabu.

Sumber-sumber presiden Turki yang dikutip AFP mengatakan bahwa Putin dan Erdogan menekankan perlunya untuk mencegah pelanggaran dari kesepakatan gencatan senjata. Evakuasi terhenti pada Rabu pagi setelah sekutu Damaskus, Iran menetapkan syarat baru, mengakibatkan pasukan pemerintah dan pemberontak kembali bertempur.

Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa Turki siap untuk menyediakan tempat tinggal sementara dan bantuan kemanusiaan menyusul dibukanya koridor yang aman. Namun tampanya PBB tidak terlibat dalam rencana evakuasi Aleppo itu.

PBB mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya "tidak terlibat" dalam rencana untuk mengevakuasi para pejuang dan warga sipil dari Aleppo timur, namun siap untuk membantu.

"(PBB) siap untuk memfasilitasi evakuasi sukarela dan aman untuk warga sipil yang terluka, sakit dan rentan dari bagian kota yang terkepung," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) dalam sebuah pernyataan.

Turki, Rusia dan Iran berencana mengadakan pertemuan di Moskow pada 27 Desember mendatang untuk membahas solusi politik bagi konflik selama hampir enam tahun di Suriah,  kata sumber di Ankara yang dikutip AFP.

"Kami berusaha untuk mengamankan gencatan senjata di seluruh negeri agar negosiasi untuk solusi politik dimulai," kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home