Loading...
INDONESIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 16:46 WIB | Rabu, 09 April 2014

Gita Tunggu Keputusan Konvensi Disandingkan dengan Jokowi

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) didampingi Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan Puan Maharani (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta yang juga bakal calon presiden PDI Perjuangan Joko Widodo (kiri) memberikan keterangan pers usai menggunakan hak pilihnya di kediaman pribadi di Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan, Rabu (9/4). (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bakal Calon Presiden Konvensi Partai Demokrat Gita Wirjawan akan menunggu keputusan konvensi terlebih dulu untuk disandingkan dengan Calon Presiden dari PDIP Joko Widodo berdasarkan survei beberapa waktu lalu. 

"Saya sangat menghormati konvensi, jadi saya tidak bisa mengambil sikap apapun sebelum konvensi ini tuntas, kan ini tinggal tiga minggu lagi, saya rasa sabar saja," katanya usai melakukan pencoblosan di TPS 005, Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (9/4).

Gita juga mengaku menghormati jika sosoknya disukai banyak orang berdasarkan hasil survei tersebut. 

"Saya sangat menghormati kalau (saya) disuka banyak orang," katanya.

Dia juga mengaku tidak ada persiapan khusus agar ia terpilih sebagai Capres dari Konvensi Partai Demokrat. "Doa saja dan ikhtiar," ujar dia. 

Namun, Gita mengaku sudah banyak bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat di daerah-daerah sejak dirinya menyatakan diri sebagai capres dari partai berlambang bintang "mercy" itu. 

"Saya sering ke daerah bertemu dengan rakyat dan tokoh-tokoh masyarakat yang sangat `care` (peduli) dengan negara kita, saya selalu menyuarakan siapapun yang dipilih itu yang terbaik agar kita bisa lebih baik ke depan," katanya.

Berdasarkan hasil survei kualitatif Indo Strategi menyatakan Gita Wiryawan sebagai sosok yang paling cocok mendampingi Joko Widodo sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Hal itu dikarenakan keduanya merupakan pasangan muda yang enerjik dan memiliki kapasitas masing-masing. 

Sementara itu, indeks personal yang menjadi indikator adalah keberanian dan ketegasan, kemandirian, kejujuran, dan komitmen anti-KKN.

Indikator-indikator tersebut digunakan untuk meneliti 18 tokoh dari berbagai bidang. Hasilnya, Jusuf Kalla berada di peringkat pertama disusul Gita Wirjawan, Akbar Tandjung, Hatta Rajasa, Rizal Ramli dan Yusril Ihza Mahendra. 

Dino Patti Akui Berat untuk Saingi Jokowi

Peserta konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat Dino Patti Djalal mengakui berat jika harus bersaing dengan kandidat calon Presiden Partai PDIP yang juga Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

"Itu berat. Walaupun dalam politik Indonesia tiga bulan itu `long time`. Tapi saya optimistis bisa menciptakan gelombang," kata Dino saat akan menggunakan hak pilihnya di TPS 18 Jalan Melati Kelurahan Cilandak Timur Jakarta Selatan, Rabu.

Dino yang menjadi duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat sejak 2010 itu memutuskan berhenti setelah memutuskan untuk maju di konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat. Ia mengaku dari awal ambisinya bukan untuk menang.

Ia pun hanya mematok dana maksimal Rp2 miliar untuk modalnya melakukan kampanye. 

"Tapi dari awal saya harus menyebarkan konsep. Masih banyak hal-hal di kepala saya yang masih saya pikirkan dan ingin saya lakukan," ujar Dino.

Dino menyebutkan beberapa program yang ia rancang antara lain santri global di Indonesia. Hal ini tercetus saat beberapa kunjungannya ke pesantren di beberapa wilayah Indonesia.

"Banyak dari santri yang ingin belajar ke luar negeri tetapi tidak punya kesempatan. Saya ada ide mengumpulkan 100 santri dari 100 pesantren ke luar negeri lalu tinggal di rumah diospora Indonesia. Mereka nantinya belajar di luar negeri selama satu tahun," jelas Dino.

Ia juga mengusulkan membangun monumen romusha di sekitar Goa Jepang di Bukittinggi, Sumatera Barat untuk mengenang para korban kerja paksa tentara Dai Nippon.

"Itu untuk mengenang pengorbanan ratusan ribu romusha yang meninggal sebagai pahlawan. Masa yang ada justru patung tentara Jepang, kan aneh. Harusnya kita mengenang orang kita yang menjadi korban bukan tentara Jepang," ujar Dino.

Selain itu Dino akan melanjutkan programnya mengumpulkan tokoh reformis hibrida-reformis horizontal. Sebelumnya ia telah mengumpulkan tujuh tokoh kepala daerah yang membawa perubahan dan inovatif dengan gaya masing-masing.

"Reformis horizontal ini harus jalan terus. Nanti gelombang kedua akan dikumpulkan tujuh tokoh lagi dengan program suprementor yaitu pemimpin-pemimpin nasional yang sukses memberikan resep sukses mereka ke anak muda," kata Dino.

"Target terbesar yaitu forum komunitas policy community semacam komunitas nasional pengamat, pelaku, siswa hubungan internasional. Saya melihat komunitas yang memperhatikan luar negeri sangat sedikit sekali apalagi secara mendalam dan berbobot," tambahnya.

Saat ini Dino tengah sibuk keliling Indonesia seperti melakukan tur Jawa Timur, Jawa Barat dan akan melanjutkan tur ke Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

"Awalnya ada yang kenal dan nggak, tetapi sekarang sudah lumayan meskipun yang belum kenal dengan saya tetap ada," ujar Dino.(Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home