Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 17:57 WIB | Senin, 22 Juni 2015

Gubernur BI: Tema HUT DKI Relevan dengan Era Globalisasi

Gubernur BI Agus D.W Martowardojo sedang melayani pertanyaan dari awak media seputar perkembangan ekonomi Indonesia. (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gubernur Bank Indonesia  Agus D.W Martowardojo mengapresiasi tema hari ulang tahun DKI Jakarta yaitu “Jakarta yang Modern, Kreatif dan Berbudaya”. Menurutnya tema ini sangat relevan dengan era globalisasi saat ini.

“Dalam era globalisasi, dunia semakin menyatu dalam batas jarak dan waktu yang semakin pendek dan dekat akibat semakin pesatnya kecanggihan teknologi informasi yang didukung oleh meluasnya penetrasi internet,” kata Agus dalam peresmian Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Jalan Ir. Juanda No 28 Jakarta Pusat, Senin (22/6).

“Ketika kita masuk dalam pusaran globalisasi, dia membuka peluang kepada kita dalam alih teknologi dengan cepat dan membangun skill-set modal manusia yang merupakan prasyarat bagi peningkatan potensi dasar pertumbuhan (potential output) perekonomian nasional.”

Namun, lanjut dia, dalam arus globalisasi juga melekat tantangan dan akses yang perlu dimitigasi. Integrasi ke dalam perekonomian dan sistem keuangan global menyebabkan perekonomian kita mudah terpapar risiko guncangan eksternal.

Dampak Krisis Keuangan Global 2008

Agus kemudian memaparkan pendapatnya mengenai krisis perekonomian yang saat ini terjadi secara global. Menurutnya, kondisi perekonomian yang tidak menentu seperti saat ini menjadi modal bagi masyarakat Indonesia untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan ini merupakan tantangan tersendiri bagi masyarakat untuk menghadapi arus globalisasi.

“Sejak krisis keuangan global 2008 lalu, kita semakin sering menghadapi turbulensi di pasar keuangan. Optimisme kalangan ekonom terhadap ekonomi dunia di tahun 2015 ini, yang sempat memuncak setahun lalu, perlahan memudar karena mengemukanya berbagai risiko yang memicu terjadinya gejolak di pasar keuangan,” kata dia.

Perekonomian negara Emerging Market (EM) khususnya di Tiongkok, yang diharapkan menjadi penopang ekonomi global tumbuh semakin melambat. Sedangkan perekonomian Rusia dan Brasil sedang mengalami kemerosotan.

“Perkembangannya perlu diwaspadai karena dapat memicu dampak contagion (dampak krisis perekonomian suatu negara yang merembet ke negara-negara lain) ke Indonesia,” kata Agus.

Agus mencatat proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2015 yang semula diperkirakan dapat mencapai 4 persen terpaksa harus direvisi lebih dari satu kali oleh berbagai organisasi multilateral seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank (Bank Dunia).

“Proyeksi terakhir dari Bank Dunia bahkan hanya memberikan ruang 2,8 persen bagi ekonomi dunia untuk bertumbuh,” kata dia.

MEA di Depan Mata

Negara-negara di ASEAN per tanggal 1 Januari 2016 akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean yang sudah menunggu di depan mata. Dalam era tersebut, ASEAN akan menjadi salah satu perekonomian Asia bersama Tiongkok dan di kawasan ini akan ada 600 juta konsumen yang hampir setengahnya adalah penduduk Indonesia.

Agus menilai bahwa urbanisasi dan kelas menengah baru akan menjadi penopang permintaan barang high-end dan jasa yang bermutu tinggi. Dalam skema perjanjian MEA tersebut, perdagangan lintas batas akan semakin meningkat bersama dengan implementasi integrasi ekonomi.

“Dengan semakin cepatnya proses globalisasi dan regionalisasi seperti itu, semua menuntut kita untuk kreatif, aspiratif dan konsisten dalam mengambil langkah perbaikan serta mampu mengadaptasi hal-hal yang merupakan best-practices di dunia.”

Menurutnya, dalam era globalisasi saat ini, peran Bank Sentral harus lebih aktif. Bank Indonesia, kata dia, tidak dapat lagi bekerja hanya dari sektor bisnis saja namun perlu menata diri dan  bertransformasi.

“Untuk itu, Bank Indonesia  saat ini tengah menjalankan program transformasi Arsitektur dan Fungsi Strategis Bank Indonesia 2015-2024 melalui implementasi beberapa program strategis.”

Cita-cita itu akan dicapai melalui pelaksanaan tiga mandat pokok yaitu kebijakan moneter yang konsisten dan kredibel, stabilitas sistem keuangan yang kuat dan teruji dan penyelenggaraan sistem pembayaran yang inovatif dan bertatakelola baik.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home