Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 23:14 WIB | Rabu, 18 November 2015

Harga Beras Medium Naik, Skenario Kartel Beras?

Ketua Umum Koperasi Pedagang Pasar Induk Cipinang (KOPPIC) Zulkifly Rasyid (kemeja biru) menunjukkan beras kepada tim KPPU. (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kelangkaan beras medium yang banyak dikonsumsi masyarakat mempengaruhi harga beras kelas dua tersebut. Saat ini, di pedagang Pasar Induk Beras Cipinang harga beras tersebut melambung hingga di angka Rp 9.000-9.300 per kg.

“Harga beras medium lokal sekarang paling murah harganya Rp 9.200. Pasokannya ada, tapi harganya jadi di atas Rp 9.000,” kata salah satu pedagang beras yang bernama Arif di Pasar Induk Beras Cipinang, hari Rabu (18/11).

Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf mengatakan akan mendalami kelangkaan beras medium tersebut. Menurutnya, ada dua faktor yang mempengaruhi harga beras medium menjadi tinggi yaitu faktor kartel beras dan data.

“Faktor pertama ada permainan katakanlah di pedagang besar atau di penggilingan besar kemudian atau produksinya yang nggak ada. Nah itulah yang mau kita konfirmasi , kita datang kesini bersama dengan Pak Zul (Ketua Umum KOPPIC),” kata dia.

“Kalau ada indikasi yang mengarah produksi cukup dan ada permainan yang dilakukan secara bersama-sama inilah yang menjadi kewenangan KPPU untuk melakukan pemeriksaan atau tindakan untuk para pemain itu. Itu yang disebut sebagai kartel beras. Kalau itu ada..”

Kemudian, faktor yang kedua adalah masalah data. Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan angka ramalan satu (Aram 1) yang memprediksi produksi beras sepanjang 2015 bisa mencapai 75,5 juta ton. Namun, Aram 1 itu kemudian direvisi karena fenomena alam yaitu El Nino dan kemarau panjang menjadi 74,99 juta ton yang kemudian disebut Aram 2.

Mengutip dari pernyataan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Syarkawi menyatakan seharusnya dengan data Aram 2 itu  Indonesia masih surplus sekitar 10 juta ton. Karena, kalau dikonversi menjadi beras itu angkanya bisa menjadi sekitar 42 hingga 45 juta ton beras.

“Konsumsi kita hanya sekitar 30-35 juta ton jadi surplus 10 juta ton. Nah kalau angka ini benar berarti kita ada barang yang tertahan di pedagang besar jadi ini kita konfirmasi sama Pak Zul sekarang di pasar Cipinang. Apa benar ada indikasi yang mengarah kesana. Kalau kita lihat faktanya IR 64 untuk kualitas medium atau kualitas dua itu cenderung tidak ada. Itu yang kita lihat,” kata dia.

Ketua Umum Koperasi Pedagang Pasar Induk Cipinang (KOPPIC) Zulkifly Rasyid menyatakan beras IR 64 kualitas dua sejak tiga bulan lalu sudah langka dari pasaran. Oleh karena itu harga beras medium yang saat ini masih dijual pedagang menjadi tinggi.

Dia juga meminta kepada pemerintah agar beras impor yang sudah datang dari Vietnam itu segera disalurkan dengan alasan untuk menstabilkan harga menjelang Natal dan Tahun Baru. Jika Bulog sudah menyalurkan beras impor tersebut, maka kisaran harga beras medium bisa mencapai Rp 7.400-7.500 per kg. 

Namun, ketika KPPU minta diajak ke gudang pedagang besar, Zulkifly enggan memenuhinya dengan alasan jarak yang jauh.

“Gudangnya ada di sana. Jauh. Tapi kan Anda sudah lihat sendiri pasar ini sepi. Toko-toko tutup. Mana ada pasar induk sepi begini,” kata dia.

Salah satu pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Arif juga meminta Bulog untuk segera menyalurkan beras impor yang sudah datang.

“Bulog belum keluar (beras impor). Makanya kalau ada bantuan dari Bulog jadi ini harga yang konsumen sebetulnya nyari yang menengah ke bawah yang Rp 8.000 dan Rp 8.200 ini kan belum keluar dari Bulog. Sebetulnya itu yang dicari masyarakat,” kata dia.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home