Loading...
INSPIRASI
Penulis: Priskila Prima Hevina 01:00 WIB | Jumat, 12 Desember 2014

Harta Warisan

Sebab warisan sejati ada dalam darah, Kromosom, dan DNA.
DNA (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Dalam pemahaman masyarakat umum, harta warisan identik dengan materi. Harta warisan dapat berupa uang cash, deposito, rumah, tanah, perhiasan atau mobil mewah. Oleh sang empunya harta yang biasanya adalah orangtua, warisan itu harus dibagikan kepada para ahli waris. Pembagian warisan harus dilakukan seadil-adilnya, pun setiap keputusan dari pemilik warisan harus dapat diterima dan dihormati oleh para ahli warisnya. Namun, kita kerap mendengar berita riuhnya pembagian warisan yang dinilai tidak adil, yang menimbulkan perpecahan dalam keluarga. Sampai-sampai negara membentuk peradilan perdata demi menyelesaikan sengketa warisan yang sebenarnya adalah urusan intern keluarga.

Bulan Desember satu windu silam, ayah saya meninggal dunia. Beliau pergi tanpa meninggalkan warisan bagi ketiga anaknya, termasuk saya. Tak ada tabungan deposito, rumah atau mobil atau barang atas nama ayah yang dapat dikategorikan sebagai harta warisan. Waktu terus berjalan, tahun demi tahun terlewat semenjak ayah berpulang ke Rumah Bapa. Selama ini saya dan kedua adik saya memang tak dapat peninggalan harta bendawi apa pun. Namun, baru tahun kedelapan ini saya menyadari, ketiga anak ayah tetap menyandang status sebagai ahli waris. Saya sadar, telah banyak harta warisan dari ayah yang diberikan kepada anak-anaknya.

Adik bungsu saya—satu-satunya laki-laki di rumah—baru 13 tahun, tetapi ia mewarisi kecerdasan ayah dalam hal matematika dan fisika. Tak cukup ditorehkan pada nilai rapor akademik, tetapi ilmunya diterapkan di rumah. Adik saya sanggup merangkai instalasi listrik sederhana, memperbaiki kran bocor, dan menggelar bengkel sepeda dadakan. Adik saya yang tengah, ia mewarisi bakat public speaking dan selera humor tinggi, persis seperti mendiang ayah. Lalu saya sebagai anak sulung? Jika tulisan ini dapat dipublikasikan dan dibaca banyak orang, itu akan jadi kebanggaan bagi ayah. Bakat menulis, mungkin itulah jatah yang saya dapatkan dari ayah.

Yang disebut warisan sejati justru bukan hal bendawi, yang dapat diserahterimakan. Bukan berupa barang yang juga dapat diperebutkan, diperkarakan sampai ke meja hijau. Sebab warisan sejati ada dalam darah, kromosom, dan DNA. Itu otomatis sejak hari di mana kita hadir sebagai janin di kandungan ibu. Jika demikian, jelas bahwa setiap orang telah memiliki bagian warisan masing-masing secara adil. Dan yang terpenting ialah semangat mengembangkan warisan tersebut.

Apa warisan yang Anda dapatkan? Sudahkah Anda mengembangkannya?

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home