Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 09:54 WIB | Rabu, 06 April 2016

Hengkang dari RI, Ford Bangun Pabrik Rp 21,14 Triliun di Meksiko

Deretan mobil Ford di sebuah dealer di Zelienople, Pennsylvania.(Foto: Keith Srakocic, AP)

MEKSIKO, SATUHARAPAN.COM - Setelah hengkang dari Indonesia Januari lalu, perusahaan otomotif Amerika Serikat, Ford Motor, malahan membangun pabrik baru di Meksiko yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 21,14 triliun. Pabrik baru itu ditujukan memproduksi mobil berukuran kecil.

Januari lalu secara resmi Ford Motor mengumumkan untuk mundur dari seluruh operasinya di Indonesia mulai paruh kedua tahun ini. Penutupan itu termasuk penghentian dealership Ford dan menghentikan penjualan dan impor resmi semua kendaraan Ford.

Penutupan itu dikarenakan prospek penjualan merk kendaraan Ford  yang kurang maksimal, ditunjukkan oleh trafik penjualan yang terus melorot dari tahun ke tahun.

Di tengah pesimisme mereka memandang pasar Indonesia, pasar Meksiko justru tampaknya memberi cahaya terang. Pembukaan pabrik baru itu akan menambah 2.800 lapangan kerja hingga tahun 2020.

Belum lama ini, CEO Ford Motor, Mark Fields mengatakan mereka berencana memindahkan pabrik Ford yang memproduksi  Focus dan C-Max dari Wayne, Michigan, ke negara lain pada tahun 2018, tahun yang sama dengan jadwal dibukanya pabrik baru di San Luis, Potosi, Meksiko. Pabrik di Wayne akan tetap dipertahankan tetapi untuk memproduksi mobil ukuran sedang seperti pick up Ford Ranger dan Ford Bronco SUV.

Langkah Ford ini telah mendatangkan kritik dari serikat pekerja Uniterd Auto Workers (AUW), yang tahun lalu menyuarakan kenaikan upah.

"Pengumuman hari ini sangat mengecewakan dan mengganggu," kata Presiden UAW, Dennis Williams, dalam sebuah pernyataan, seperti disiarkan oleh USA Today.

"Untuk setiap investasi di Meksiko itu berarti lapangan pekerjaan yang bisa dan seharusnya tersedia di sini di Amerika Serikat," imbuh dia.

Kandidat calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, juga mengkritisi langkah ini, yang menyebutnya merupakan aib dan konyol.

Namun, CEO, Mark Fields, berulang kali mengatakan Ford tetap berkomitmen untuk berinvestasi di AS tapi tidak akan mengubah rencana untuk juga memperluas di Meksiko.

"Kami harus membuat keputusan pada skala global karena kami bersaing secara global," kata Joe Hinrichs, presiden Ford AS.

"Tapi biar kami jelaskan, kami adalah perusahaan yang bangga sebagai perusahaan Amerika  dan mayoritas investasi kami yang terjadi di sini di AS"

Hinrichs mengatakan Ford telah mempekerjakan 25.000 pekerja di AS dalam lima tahun terakhir dan menghasilkan lebih banyak mobil di Amerika daripada produsen mobil lain.

Hinrichs menolak mengatakan produk apa yang direncanakan dibuat di pabrik baru di Meksiko.  namun mengatakan perusahaan bermaksud untuk membuat fokus dalam membuat mobil berbiaya murah.

"Ketika kami melihat jejak manufaktur kami, terutama dengan mobil kecil, bukan rahasia lagi bahwa kami ingin meningkatkan profitabilitas mobil kecil," kata Hinrichs.

Produsen mobil itu juga mengatakan tahun lalu bahwa pihaknya berencana untuk menghabiskan US$ 2,5 miliar pada pabrik mesin dan transmisi baru di Chihuahua dan Guanajuato, Meksiko, yang akan menciptakan 3.800 pekerjaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pabrik mobil yang mencakup General Motors, Honda, Hyundai, Nissan, Mazda dan Volkswagen telah mengumumkan rencana memperluas atau membangun pabrik baru di Meksiko. Fiat Chrysler juga mengatakan sedang mempertimbangkan perluasan produksi di sana.

Meksiko telah mencatat peningkatan 40 persen lapangan pekerjaan di industri otomotif sejak 2008 menjadi 675 ribu tahun lalu. Pada tahun 2020, Meksiko diperkirakan akan memproduksi seperempat dari total produksi mobil di Amerika Utara yang mencapai  18,6 juta unit.

Para pemimpin serikat pekerja sering mengatakan beralihnya industri otomotif ke Meksiko karena adanya perjanjian erdagangan bebas North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang ditandatangani presiden AS Bill Clinton pada 1993. Selain NAFTA, Meksiko juga memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan 43 negara. Upah di negara ini juga jauh lebih rendah dibanding di AS.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home