Loading...
DUNIA
Penulis: Equivalent Pangasi 13:44 WIB | Senin, 17 Maret 2014

Hindari Radar, MH370 Diduga Sengaja Terbang Rendah

Malaysia telah memperluas wilayah pencarian pesawat MH370 yang hilang. (Foto: themalaysianinsider.com)

KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM – Memasuki hari ke-10 pencarian Malaysia Airlines MH370, kembali muncul beberapa petunjuk keberadaannya. The New Strait Times (NST) mengatakan hari ini, Senin (17/3) bahwasanya Boeing 777-200ER turun 5.000 kaki (1.500 meter) untuk menghindar dari deteksi radar komersial.

Dalam laporan pemerintah dikatakan bahwa penyidik tengah menganalisa data penerbangan MH370. Pesawat 200 ton itu turun 1.500 meter atau bahkan lebih rendah untuk menghindari radar komersial setelah berbalik dari jalur penerbangan ke Beijing.

Pesawat milik maskapai penerbangan Malaysia Airlines itu menghilang pada 8 Maret dengan 239 orang di dalamnya. Pemerintah Malaysia mengatakan pada Sabtu (15/3), pesawat tersebut secara sengaja telah dibelokkan dan perangkat transimisinya telah dimatikan untuk menghindari deteksi. Kontak terakhir yang diterima adalah ketika pesawat berada di utara Selat Malaka pada Sabtu pukul 8.11 waktu setempat.

Penyidik juga mengatakan selain terbang rendah, penerbangan MH370 juga menggunakan teknik terbang berbahaya yang disebut terrain masking ketika terbang di atas Teluk Benggala menuju utara, demikian laporan NST.

Pemerintah telah membentuk tim teknis untuk melihat kemungkinan bahwa siapa pun yang mengemudikan pesawat saat itu telah menyalahgunakan jalur penerbangan di atas Teluk Benggala dan menggunakan jalur komersial tersebut untuk menghindari kecurigaan radar militer.

“Oknum yang mengontrol pesawat itu memiliki pengetahuan yang dalam mengenai avionik (peralatan elektronik penerbangan, Red) dan navigasi serta tidak meninggalkan jejak. Pesawat itu terbang rendah di atas Kelantan, itu benar,” NST mengutip pihak pemerintah yang tidak ingin disebutkan namanya.

Teknik penerbangan dengan Terrain masking memerluka keahlian untuk memosisikan pesawat sehingga tersembunyi secara alamiah dari gelombang radio yang dikirimkan melalui sistem radar. Teknik ini kebanyakan digunakan dalam pertempuran udara sehingga memungkinkan pilot militer untuk terbang sangat rendah. Pada umumnya, daerah perbukitan atau pegunungan menjadi topeng untuk menyembunyikan keberadaan pesawat.

Menurut para ahli, menerbangkan Boeing 777 dengan cara tersebut sangat berbahaya karena menyulitkan badan pesawat. Kondisi ini dapat menyebabkan mereka yang di dalam pesawat mengalami mabuk udara dan menderita disorientasi spasial.

Penerbangan MH370 terbang sekitar delapan jam dan pemerintah meyakini pesawat itu telah terbang melewati dua negara lainnya selain Malaysia, meskipun belum jelas negara apa saja yang telah dilewatinya.

Pada hari Sabtu, Perdana Menteri (PM) Datuk Seri Najib Razak mengatakan pencarian MH370 akan diperluas ke wilayah Thailand hingga Kazakhstan dan Turkmenistan di utara, juga Indonesia di selatan.

Keputusan itu diambil setelah radar menempatkan pesawat itu pada satu dari dua koridor, yaitu di utara, membentang dari utara Thailand hingga Kazakhstan, atau di selatan, yang membentang dari Indonesia hingga selatan Samudera Hindia.

NST mengutip sumber yang mengatakan penyelidikan kini akan dipusatkan pada wilayah-wilayah dengan bandar udara yang tidak digunakan lagi namun memiliki landasan pacu yang panjang yang diperkirakan mampu menangani pesawat seperti Boeing 777.

Putrajaya telah memberi laporan singkat pada utusan sekitar dua lusin negara dan meminta bantuan internasional dalam pencarian pesawat.

“Wilayah pencarian telah diperluas,” Menteri Transportasi Datuk Seri Hishammuddin Hussein mengatakan pada Minggu (16/3).

“Dari pemusatan pencarian pada lautan dangkal, kini kami mencari pada lintasan yang lebih luas, menyeberangi 11 negara, juga pada lautan dalam dan terpencil.”

Penyidikan juga dipusatkan pada latar belakang pilot, awak pesawat, dan staf di darat yang bekerja untuk peswat yang hilang itu.

Pada hari Sabtu, petugas Special Branch menggeledah tempat tinggal kapten pilot, Zaharie Ahmad Shah (53 tahun) dan perwira pertama, Fariq Abdul Hamid (27 tahun).

Hari ini, Reuters melaporkan kata-kata terakhir dari kokpit MH370, “semuanya baik-baik saja, selamat malam” – diucapkan setelah seseorang di pesawat sudah mulai menonaktifkan salah satu sistem pelacakan otomastis pesawat.

Baik waktu dan kalimat informal yang diucapkan kepada pengendali lalu lintas udara ketika pesawat meninggalkan wilayah udara Malaysia bisa meningkatkan kemungkinan adanya pembajakan atau sabotase.

“Sinyal “off” muncul setelah salah sati sistem komunikasi pesawat, yang memungkinkan untuk dilacak di luar jangkauan radar, sengaja dimatikan,” Hishammuddin mengungkapan pada hari Minggu.

Ketika ditanyakan apakah sistem ACARS (sistem komputer dalam hal pemeliharaan yang mengirim balik data status pesawat) telah dideaktivasi sebelum suara mati, Hishammuddin menjawab, “Jawaban untuk pertanyaan Anda adalah ya, sistem itu telah dimatikan sebelumnya.” (themalaysianinsider.com)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home