Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 11:53 WIB | Jumat, 25 September 2015

Hipmi: Kaji Ulang Penyertaan Modal Negara Eximbank

Ilustrasi. (Foto: antarajateng.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menginginkan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 1 triliun kepada Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dikaji kembali.

"Kami minta DPR dan Menteri BUMN kaji ulang PNM ini ke Bank Exim," kata Ketua Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Hipmi Yuke Yurike dalam siaran pers yang diterima, di Jakarta, hari Jumat (25/9).

Menurut Yuke, PNM tersebut terindikasi tidak untuk menyubsidi pelaku usaha kecil, dan menengah (UMKM), melainkan untuk menyubsidi eksportir besar dan produsen di industri tertentu yang sudah mapan.

Yuke juga mengingatkan bahwa PNM tersebut nilainya tidak kecil yaitu sebesar Rp 1 triliun. Namun, kata dia, target dari subsidi itu dinilai kurang tepat antara lain karena sebesar tujuh persen akan digunakan untuk menyubsidi bunga kredit.

Subsidi bunga oleh negara, lanjutnya, lebih cocok digunakan untuk nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang pinjamannya di bawah Rp 25 juta tanpa agunan.

"Kenyataannya, subsidi ini akan digunakan untuk produsen yang sudah mapan," katanya.

Hipmi menyatakan, subsidi bunga kepada pelaku UKM utamanya nasabah KUR lebih tepat diberikan kepada bank yang lebih punya pengalaman dalam menyalurkan bantuan pemerintah berupa subsidi kepada pelaku usaha kecil dan mikro.

Yuke mengemukakan bahwa target dan definisi UKM yang dimaksudkan oleh LPEI belum jelas. Ia meminta agar diperjelas lagi UKM seperti apa yang dapat diberikan subsidi bunga dengan mekanisme bantuan pemerintah.

"LPEI harus jelas dulu UKM definisi macam apa yang mau dikasih subsidi bunga. Jangan sampai cuma `brand`-nya saja UKM, tapi nasabahnya malah yang sudah mapan dan kakap, kemudian disubsidi pemerintah," katanya.

Yuke mengatakan, produsen crude palm oil (CPO), batu bara, tekstil, karet, kakao, dan alas kaki sejatinya belum membutuhkan subsidi bunga apalagi subsidi dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), tetapi yang mereka butuhkan adalah kemudahan akses pembiayaan ekspor dan investasi.

Sebab, menurut dia, bunganya pun rata-rata sudah bersaing di bawah 15 persen, sedangkan bunga kredit mikro rata-rata di atas 18 persen.

"Subsidi bunga ini lebih cocok untuk nasabah-nasabah KUR dan pengusaha pemula," katanya. (Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home