Loading...
RELIGI
Penulis: Dany Brakha 16:30 WIB | Kamis, 25 Juli 2013

Ibadah Pengutusan Bagi Caleg GKJ Supaya Menjadi Lilin

Ibadah Pengutusan Bagi Caleg GKJ Supaya Menjadi Lilin
Pemberian berkat dalam ibadah pengutusan para caleg Kristen asal GKJ (foto-foto: Dany Brakha)
Ibadah Pengutusan Bagi Caleg GKJ Supaya Menjadi Lilin
Mengumpulkan komitmen para calag di depan altar sebagai simbol berserah kepada Tuhan dalam olah politik.
SALATIGA, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 50 orang caleg Kristen asal Gereja-Gereja Kristen Jawa (GKJ) hadiri ibadah pengutusan di Salatiga kemarin (24 Juli). Dalam ibadah itu mereka diutus untuk menjadi lilin Yesus Kristus yang menerangi bumi Indonesia dari kegelapan dosa, kemiskinan, membebaskan kebodohan, ketidakadilan, penindasan dan kebohongan publik.
 
Pada ibadah pengutusan itu para caleg juga diteguhkan di dalam karya masing-masing di dunia politik. Mereka dimohonkan berkat agar senantiasa di bimbing Tuhan dalam mewartakan suara kenabian, mewujudkan keadilan dan perdamaian rakyat Indonesia.
 
Ibadah ini merupakan puncak acara Pendampingan dan Pengutusan Calon Legislatif Warga Gereja Kristen Jawa. Acara buah kerjasama Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa (GKJ), LPPS GKJ-GKI Jawa Tengah, dan LPP Kabar Baik tersebut berlangsung sejak tiga hari lalu (22-24 Juli).
 
Menurut Harsono, salah satu caleg, ibadah pengutusan ini mengingatkan adanya berkat dan ikatan dengan komitmen caleg GKJ sebagai seseorang yang diutus Tuhan di ranah yang berat. “kami tidak takut untuk kalah dan tidak takut untuk menang meski tantangan yang dihadapi cukup berat,” tambah dia.
 
Berpolitik dan Beribadah
 
Terkait dengan pengutusan itu, Darsono Eko Noegroho mengungkapkan bahwa caleg Kristen yang menjalani panggilan untuk berkarya di bidang politik itu termasuk ngibadah apa ora?!.Njur ngibadah cara apa sing kudu ditindakke? (lalu cara beribadah seperti apa yang sebaiknya dilakukan?),” ia menambahkan.
 
Melalui kacamata sejarah Kekeristenan, Darsono menujukkan adanya kesamaan persoalan yang dihadapi negara dan gereja. “Negara dan gereja sama-sama menghadapi persoalan kemanusiaan,” ungkap pendeta itu.
 
Olah politik menjadi ibadah karena gereja diutus Tuhan untuk berkarya di tengah dunia. Bersama dengan negara, para  caleg yang diutus GKJ dipanggil untuk mengatasi persoalan kemanusiaan yang ada. Politik merupakan jembatan antara caleg Kristen dengan negara dimana mereka mengabdi.
 
Dalam sesi “Menemukan nilai-nilai kerajaan Allah dalam Platform Partai,” ini ia mendorong para caleg GKJ melihat apa yang diperjuangkan oleh partai-partai yang ada dalam pemilu mendatang. Dalam perjuangan platform partai berpolitik untuk mengatasi persoalan kemanusiaan disanalah ada nilai Kerajaan Allah. “Itulah ibadah,” tegas Darsono.
 
Kerja Tanpa Kenyataan
 
Senada dengan itu, J. B. Banawiratmo mengkongkritkannya dengan mengatakan, “Semua bisa bilang kerja, tanpa kenyataan”. Hal ini merupakan gambaran secara sederhana keadaan politik negeri ini. Dalam kesempatan itu ia memaparkan sesi berjudul “Panggilan Politis di Indonesia: Pertimbangan Etis Kristen”.
 
Menurut dia politik merupakan sebuah tidakan kemasyarakatan dalam arti luas dan sempit. Terkait dengan itu Pancasila adalah sebuah keputusan politis. “Kemajuan politik diukur dari pelaksanaan nilai-nilai Pancasila,” tambah ia.
 
Sedangkan dampak kemajuan itu bagi bidang ekonomi dan pendidikan, dapat dilihat dari berkurangannya angka pengangguran. Selain itu juga diikuti dengan perbaikan pendidikan secara nasional, kesehatan membaik dan kematian ibu melahirkan serta kematian anak-anak berkurang.
 
Bagi dosen Teologi UKDW itu, “Spiritualitas politisi Kristen holistik berpatokan pada relasi antara aku, anda, alam, alat, dan Allah.” Berdasarkan ini semua diharapkan para politisi Kristen dapat bekerja dan membuahkan kenyataan.
 

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home