Idulfitri: Kembali ke Fitrah

SATUHARAPAN.COM – Hari  ini umat muslim merayakan Idulfitri. Idulfitri layak dirayakan karena telah ditunaikannya ibadah puasa selama Bulan Ramadhan. Patut dirayakan karena tak semua orang berhasil menunaikan kewajiban tersebut dengan tuntas.

Lagi pula, arti harfiah idulfitri adalah kembali ke fitrah. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan fitrah sebagai ”sifat asal; kesucian; bakat; pembawaan”. Ya, apa lagi yang lebih menyenangkan ketimbang kenyataan bahwa manusia kembali ke sifat asalnya—kembali suci.

Menarik disimak—menurut Wikipedia—ungkapan ”Minal 'Aidin wal-Faizin” (mohon maaf lahir dan batin) yang mengiringi ungkapan ”Selamat Idulfitri”, sebenarnya merupakan tradisi masyarakat Asia Tenggara. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa ucapan tersebut tidaklah berdasarkan ucapan Nabi Muhammad. Adapun ucapan yang disunnahkan adalah Taqabbalallahu minna wa minkum (semoga Allah menerima amal kami & kalian) atau ahaalallahu ’alaika (Mudah-mudahan Allah memberi balasan kebaikan kepadamu).

Tradisi mengucapkan ”mohon maaf lahir dan batin” sejatinya memperlihatkan betapa pentingnya pengampunan. Pengampunan itulah yang akan membawa hubungan antarmanusia itu kembali ke asalnya. Dalam hidup manusia, kerap terjadi kesalahpahaman, gesekan, yang jika tidak dikelola baik akan membuat hancurnya relasi. Jika sudah begini, pengampunan merupakan kebutuhan primer manusia. Pengampunan akan membuat hubungan yang retak pulih kembali.

Dan kita hanya mungkin mendapatkan pengampunan tulus, jika kita dengan tulus memohonnya. Ungkapan ”mohon maaf lahir dan batin” memperlihatkan pula bahwa sang pengucap tak sekadar basa-basi; dan berharap pengampunan yang diterima juga bukan basa-basi. Itulah yang membuat relasi makin bermakna.

Indonesia pasti akan berubah semakin baik, jika setiap orang mampu berkata tulus, ”Mohon maaf lahir dan batin!” Semoga!

email: inspirasi@satuharapan.com