Loading...
EKONOMI
Penulis: Sotyati 00:00 WIB | Sabtu, 22 Februari 2014

IFW 2014: Tampilkan Kolaborasi Garmen dan Desainer

IFW dan empat kementerian meluncurkan Blueprint fashion Indonesia, mensinergikan seluruh pelaku ekonomi kreatif fashion. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kolaborasi empat brand garmen yang tergabung dalam Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI) dan empat desainer, akan menjadi mata acara menarik yang tidak boleh dilewatkan di ajang Indonesia Fashion Week (IFW) 2014. 

IFW 2014 yang dibuka 20 Februari lalu dan berlangsung hingga 23 Februari di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Selatan, menyatukan dua kekuatan fashion yang berbeda untuk mengeluarkan koleksi kolaborasi. Brand dan desainer yang selama ini berdiri sendiri-sendiri ditantang untuk meleburkan sisi kreativitas dan bisnis untuk menghasilkan produk ready to wear (siap pakai) yang mumpuni.  

Kolaborasi Hammer dan desainer Deden Siswanto, The Executives dan desainer Hannie Hananto, Colorbox dan Number 1 yang terdiri atas alumni LPTB Susan Budihardjo, serta Coconut Island dan Putu Aliki yang tampil pada Minggu, 23 Februari, adalah penerjemahan dari keterkaitan pemangku kepentingan ekonomi kreatif fashion. Selain ditampilkan dalam peragaan busana, karya kolaborasi itu juga dipamerkan.

Blueprint

Kolaborasi brand dengan desainer sudah dimulai sejak lama di dunia mode. Simak saja kolaborasi Marni dan H&M, Phillip Lim dan Target, atau Zac Posen dan Nikon.

Di Indonesia, kolaborasi dua dunia itu belum banyak dipraktikkan. Brand dan desainer cenderung berjalan sendiri-sendiri.

Indonesia Fashion Week bersama empat kementerian, yakni Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, meluncurkan Blueprint fashion Indonesia di ajang IFW 2013. Blueprint itu mensinergikan seluruh pelaku ekonomi kreatif fashion, yakni asosiasi, bisnis, akademisi, media, dan komunitas.

Melalui Blueprint itu, Indonesia sepakat untuk memajukan “ready to wear craft fashion” sebagai ciri khas fashion Indonesia, produk siap pakai berkonten lokal dengan kemasan global. Ready to wear atau produk siap pakai itu dipilih sebagai “kendaraan” paling efektif untuk mencapai tujuan fashion Indonesia, karena selain diproduksi massal, sifatnya yang fleksibel dan keseharian dapat memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap kemajuan fashion.

Desainer berperan dalam semua proses kreatif dari sketsa hingga menjadi sample, sementara brand akan memproduksi koleksi tersebut menjadi koleksi yang siap jual. Bagi brand, inovasi dan kreativitas desainer dapat menyuntikkan semangat baru.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home