Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:20 WIB | Selasa, 16 Oktober 2018

Ilmuwan Australia Ingin Bangun Teleskop Virtual, Jajaki Bagian Dalam Bumi

Ilustrasi. Teleskop yang dibangun di Cile oleh European Southern Observatory bekerja sama dengan Max Planck Institute for Astronomy. (Foto:Voaindonesia.com)

SYDNEY, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah ilmuwan di Australia ingin membangun teleskop virtual, yang mengarah ke dalam permukaan Bumi hingga kedalaman 300 kilometer, guna mencari kekayaan mineral yang tersembunyi di negara itu.

Teleskop virtual itu akan menggabungkan informasi ilmiah yang sudah kita miliki tentang apa saja yang ada di bawah permukaan Bumi.

Teleskop ini akan menyusun data gelombang seismik yang dihasilkan gempa bumi, informasi tentang konduktivitas listrik di bawah permukaan bumi, sampel yang disemburkan gunung berapi, serta simulasi dan eksperimen komputer lainnya.

Tujuannya adalah untuk membuat gambar tiga dimensi yang akurat untuk bagian dalam Bumi hingga kedalaman 300 kilometer.

Proposal oleh Australian Academy of Science ini adalah bagian dari rencana sepuluh tahun yang berani yang mengakui pergeseran global menuju teknologi seluler, sumber energi terbarukan, dan mobil listrik.

Para peneliti itu mengatakan kemungkinan akan ada peningkatan permintaan yang sangat besar untuk tembaga, kobalt, emas, mineral tanah yang langka dan logam khusus lain yang diduga sangat banyak namun tersembunyi di Australia.

Profesor Sue O’Reilly dari Australian Academy of Science mengatakan, “Kita dapat memetakan geologi bagian dalam Bumi, sama seperti kita sekarang memetakan permukaan Bumi dengan berjalan di atasnya dan langsung melihat bebatuan di hadapan kita. Kami ingin melakukan ini dengan cara virtual, jadi ini akan menjadi visibilitas virtual untuk bawah tanah Australia. Itu akan memungkinkan kita untuk memprediksi ke mana harus pergi dan memusatkan upaya eksplorasi, sehingga 90 persen kerja keras yang memakan waktu dan memakan biaya itu dilakukan untuk kita dengan menggunakan model komputasi dan geologi dinamis.”

Para ilmuwan Australia percaya, pada tahun 2030 permintaan global untuk kobalt akan mencapai hampir 50 kali lipat dari tahun 2016. Mereka takut jika Australia tidak mandiri dalam logam strategis ini, komponen kunci baterai lithium-ion yang menggerakkan perangkat elektronik dan mobil listrik – negara itu, mungkin akan menghadapi kenaikan harga yang tinggi dan kekurangan yang kronis.

Diperkirakan sekitar 300 perusahaan di seluruh dunia kini aktif mencari cadangan kobalt yang baru.

Rencana yang diperjuangkan oleh Australian Academy of Science ini juga menyorot kelemahan sistem pendidikan Australia dalam bidang ilmu bumi, dan kebutuhan untuk membina ilmuwan generasi baru.

Tujuan akademi itu adalah untuk mempromosikan sains dan pendidikan sains. Australian Academy of Science adalah badan independen yang didirikan pada tahun 1954. (Voaindonesia.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home