Indonesia: Negara dengan "Rasa" Pancasila ?
SATUHARAPAN.COM-Hari ini, Kamis, 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila, yang meruju upaya menggagalkan pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965, dengan korban sejumlah jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Peringatan itu tentu bukan sekadar mengingat bahwa PKI yang menghendaki negara Indonesia berdasarkan komunisme, telah digagalkan pemberontakannya, dan Indonesia tetap kokoh dengan Pancasila sebagai dasar negara. Namun itu haruslah juga diartikan bahwa bangsa Indonesia telah dengan bulat menetapkan Pancasila sebagai dasar negara, dan keteguhan itu bahkan harus dibayar dengan banyak korban.
Oleh karena itu, hari ini semestinya bukan sekadar upacara, mengibarkan bendera merah-putih, tetapi juga harus memaknai dengan kebulatan tekad untuk bernegara dan berbangsa dengan Pancasila sebagai pijakan kehidupan bersama untuk seluruh warga yang bhineka ini.
Hal itu penting, karena tantangan yang ingin menggantikan Pancasila sebagai dasar negara masih terjadi dengan memaksakan ideologi lain. Meskipun PKI telah bubar dan komunisme internasional juga runtuh, sehingga banyak yang mengatakan nyaris mustahil bagi bangkitnya kembali PKI, ideologi sektarian lain juga terus didesakkan.
Runtuh dari Dalam
Tantangan terbesar dalam menjaga kebulatan tekad menempatkan Pancasila sebagai dasar negara, di era sekarang, bukan lagi pada kekuatan senjata. Bahkan pada masa lalu (55 tahun lalu), PKI yang mencoba dengan kekuatan senjata dan massa, juga telah gagal.
Partai komunisme runtuh di negaranya sendiri, Uni Sovyet, dan China menggunakan komunisme untuk kekuatan politik menekan warga, tetapi ekonominya sudah bukan lagi didasarkan komunisme. Bahkan China sekarang menghadapi banyak masalah dalam ekonomi dan perdagangan internasional, karena politiknya masih berkarakter komunisme. Demikian juga yang terjadi di Rusia.
Itu menandai komunisme runtuh oleh dirinya sendiri, yang gagal menunjukkan bahwa ideologi itu bisa memberi jawaban bagi kesejahteraan dan keadilan warganya dan internasional.
Pancasila, dan ideologi lain yang mencoba didesakkan di Indonesia, juga akan gagal ketika ketika tidak bisa menunjukkan kemampuan menjawab harapan dan tantangan zaman.
Orang mengatakan bahwa ideologi tidak pernah mati dan akan selalu ada menganutnya. Ya, tetapi itu ideologi yang hanya jadi wacana dan dibawa-bawa oleh sekelompok kecil orang. Ideologi PKI mungkin tidak akan mati, tetapi berapa banyak yang berminat jika itu dijadikan dasar bagi sebuah partai baru di Indonesia?
Nilai Yang Dirasakan dalam Kehidupan
Dari situasi ini, tantangan Pancasila terbesar bukan terutama karena ada ideologi saingan yang lain, tetapi bagaimana dasar negara ini mewujud dalam nilai-nilai yang hidup di masyarakat di semua bidang, terutama dalam politik dan pemerintahan.
Ideologi yang hanya dilontarkan dalam wacana di era sekarang ini, akan menjadi pesan kosong, bahkan dipinggirkan dengan postingan yang viral di media sosial yang diramaikan kalangan muda dan ibu-ibu rumah tangga. Bahkan sangat mungkin hanya akan menjadi bahan ejekan di publik melalui internet.
Pancasila, dan ideologi lain yang coba dipaksakan ke Indonesia, selalu ditantang untuk dengan nyata menunjukkan kemampuan untuk menyejahterakan kehidupan manusia secara holistik, keadilan, dan kedamaian. Dan itu meminggirkan wacana, tetapi mengutamakan bukti langsung yang dirasakan.
Pancasila, di era sekarang, tidak cukup dijaga dengan gencarnya wacana dan produk hukum, tetapi secara nyata harus dirasakan sebagai nilai yang hidup di masyarakat dan pemerintahan. Justru dalam kaitan ini, kita bangsa Indonesia di Hari Kesaktian Pancasila ini, harus berani refleksi bahwa kita masih kurang dalam menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bangsa, nilai-nilai yang sudah banyak diwacanakan. Kita harus menunjukkan Indonesia sebagai negara yang sejahtera dan adil karena ada “rasa” Pancasila.
Situasi pandemi yang melanda dunia, juga menjadi pertaruhan bagi banyak negara: bagaimana konstitusi dan pemerintahan mereka menghadapi masalah ini. Demikian juga nilai-nilai Pancasila ditantang untuk menjadi kekuatan melawan virus corona.
Selamat menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan individu, keluarga, komunitas, dan negara. Dan Indonesia yang adil dan sejahtera karena “ini negara dengan rasa Pancasila.”
Editor : Sabar Subekti
Pancasila Jadi Penengah Konflik Intoleransi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Leonard Chrysostomos Epafras ...