Loading...
BUDAYA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 16:42 WIB | Sabtu, 06 Februari 2016

'Indonesian Film Festival 2016' Siap Digelar di Melbourne

Salah satu adegan dalam film 'Badoet' yang akan ditayangkan di IFF 2016. (Foto: rollingstone.co.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perhelatan Indonesian Film Festival (IFF) 2016 siap digelar pada bulan April mendatang di Melbourne, Victoria, Australia. Acara yang dibuat oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia Australia cabang University of Melbourne ini menjadi acara ke-11 yang diselenggarakan sejak tahun 2005 silam. Berbeda dengan perayaan sebelumnya, kali ini tema yang diangkat adalah “Explore the Wonders of Indonesia”.

“Saya  ingin membawa film yang dapat memberikan euforia tentang apa itu Indonesia, sehingga penonton bisa mendapatkan gambaran dan kesan tentang what is the real Indonesia. Masih banyak orang yang belum tahu Indonesia, misalkan dari segi budayanya,” ujar Raditya Widjojo selaku Project Manager IFF tahun ini pada jumpa pers yang didakan hari Sabtu (30/1) lalu di Jakarta. 

Seperti perayaan tahun lalu, acara tahun ini juga dimeriahkan dengan adanya kegiatan pra-acara seperti menonton film di ruang terbuka di acara Under the Stars yang kali ini menayangkan film Arisan!. Selain itu, tahun ini pun panitia menyiapkan kelas edukasi tentang sejarah ataupun teknik pembuatan film dalam Movie Master Class. Yang berbeda, pada pagelaran kali ini, akan ada sebuah kelas membuat film dengan low-budget yang akan dibawakan dalam bahasa Indonesia kepada siapapun yang ingin hadir. 

Seluruh kegiatan tersebut nantinya akan berujung pada acara utama, yaitu Grand Screening yang dilaksanakan di Australian Centre of Moving Image (ACMI), Melbourne, dimana sepuluh film Indonesia akan diputar di sana. Berdasarkan rilis pers, film-film tersebut adalah Filosofi Kopi, Negeri van Oranje, Hijab, Mencari Hilal, Nay, the Sun, the Moon & the Hurricane, Badoet, Sang Penari, Another Trip to the Moon, dan Selamat Pagi Malam

Sutradara the Sun, the Moon & the Hurricane, Andri Cung, turut bicara tentang kesempatan yang datang padanya kali ini untuk menayangkan filmnya di Australia, the Sun, the Moon & the Hurricane. “Dulu saya sekolah film di Australia, sehingga saya berjanji untuk balik ke Australia lagi dengan membawa film. Akhirnya tahun ini kesampaian. Jujur, memang sulit sekali menghadirkan film Indonesia. Festival film internasional yang diadakan di Melbourne tidak memasukkan film Indonesia,”   katanya dalam jumpa pers.

Tara Basro, selaku Brand Ambassador IFF tahun ini, turut hadir dalam jumpa pers tersebut. “Saya merasa sangat excited karena melihat anak muda masih sangat berapi-api dengan budaya di Indonesia. Saya senang bisa mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan Indonesia ke dunia, tidak hanya tempat-tempatnya saja, tetapi juga melalui filmnya yang sudah berkembang,” katanya. 

Meski acara ini berjalan secara independen, tetapi dukungan dan bantuan dari pihak luar juga turut berdatangan. “Pemerintah sudah approach, kami sedang minta tolong Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," ujar Raditya. 

“Kami bekerja sama dengan Konsulat Jenderal RI di Melbourne, kebetulan kegiatan mahasiswa memang didukung. Bantuan dari pemerintah memang sudah terasa, tetapi memang belum maksimal. Kami banyak dapat bantuan dari BUMN dan badan kultural di Australia, karena memang letaknya di Melbourne, bukan di Indonesia. Kami berharap jika ada finansial yang lebih, kami ingin membuat workshop film di Indonesia dengan mendatangkan sutradara atau aktor ke Indonesia. Jika ada para film maker Indonesia yang ingin ke Australia atau dari Australia ke Indonesia, kami bisa menjadi jembatan di antara keduanya,”  kata panitia Reinaldy Baskoro.

Rangkaian festival film ini sudah berjalan dengan dibukanya pendaftaran untuk Short Film Competition hingga batas waktu tanggal 20 Februari mendatang. Dua film yang terbaik yang terpilih nantinya akan mendapatkan hadiah berupa uang sejumlah 500 dan 1000 dollar Australia, serta mendapatkan kesempatan dua malam menginap di hotel mewah. Pendaftarannya sudah dapat dilakukan melalui situs resmi IFF

“Tidak ada batasan tentang film-film yang akan ditayangkan. Saya merasa lebih independen karena tidak ada tekanan apapun. Yang saya pilih juga film yang expanded, tidak hanya dari satu genre atau satu sutradara atau PH,” ujar Artistic Director, Ade Irwansyah, yang turut serta dalam pemilihan film pendek nantinya. (rollingstone.co.id)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home