Loading...
DUNIA
Penulis: Eben Ezer Siadari 16:11 WIB | Rabu, 11 Maret 2015

ISIS Dalangi Kekerasan di Wilayah Berpenduduk Muslim Tiongkok

Anggota delegasi dari wilayah otonom Xinjiang Uyghur (kiri), berbicara di sela-sela Kongres Rakyat Nasional di Beijing, 10 Maret 2015. (Foto: Andy Wong/AP)

BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Tiongkok menghubungkan kekerasan yang terjadi di wilayah barat negara itu --yang berpenduduk Muslim -- dengan kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) atau ISIS. Pejabat setempat juga mengatakan bahwa sudah ada warga TIongkok yang bergabung dengan ISIS.

Ketua Partai Komunis Tiongkok wilayah Xinjiang, Zhang Chunxian, mengajak para wartawan pada hari Selasa (10/3) untuk melihat kekerasan yang meningkat di wilayah berpenduduk Muslim itu dalam konteks gerakan jihad global, terutama dengan munculnya ISIS.

"Beberapa ekstremis di Xinjiang telah berpartisipasi dalam ISIS dan saya pikir ini lebih lanjut membuktikan bahwa kekuatan ekstremis tidak bisa diabaikan," kata Zhang, di sela-sela sidang tahunan parlemen Tiongkok, sebagaimana dikutip dari laporan CNN.

"Sebagaimana seluruh negara di dunia yang telah menyadari bahaya ISIS ... kami akan bekerja sama dengan negara lain untuk menghentikannya pada sumbernya."

Serentetan serangan kekerasan di Xinjiang -- daerah yang kaya sumber daya yang sejak lama dihuni oleh orang-orang Uighur yang berbahasa Turki -- telah membunuh ratusan orang dalam dua tahun terakhir.

Pemerintah menuduh insiden pada Muslim separatis Uighur berusaha untuk mendirikan sebuah negara merdeka.

Media pemerintah Tiongkok sebelumnya melaporkan militan Muslim Uighur mencoba meninggalkan negara itu dan bergabung dengan kamp pelatihan ISIS, sebagai persiapan untuk melakukan serangan ketika kembali pulang ke Tiongkok.

"Kami mengungkap beberapa kasus yang melibatkan orang-orang yang baru saja kembali setelah berpartisipasi secara langsung dalam pertempuran," Zhang mengungkapkan.

"Kasus-kasus seperti ini kadang-kadang melibatkan pelaku tunggal tetapi kala lain melibatkan kelompok."

"Situasi ISIS ini sangat historis dan belum pernah terjadi sebelumnya," tambahnya, menanggapi kritik kurangnya transparansi pemerintah Xinjiang.

"Untuk mengatasi kasus-kasus seperti ... untuk memastikan keselamatan masyarakat, kita kadang-kadang harus menjaga hal-hal rahasia untuk beberapa lama."

Aktivis Uighur di pengasingan telah lama membantah pernyataan pemerintah Tiongkok. Bantahan itu menggunakan argumen kurangnya bukti yang dikemukakan dan menuduh pihak berwenang menggunakan isu ISIS untuk membenarkan kekerasan di wilayah tersebut.

Selama dekade terakhir, masuknya gelombang penduduk etnis Han --etnis paling dominan di Tiongkok -- ke Xinjiang telah memicu ketegangan etnis.

Lembaga Amnesty International mengatakan etnis Uighur menghadapi diskriminasi yang meluas di bidang perumahan, pendidikan dan pekerjaan, serta dalam kebebasan beragama.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home