Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 13:27 WIB | Selasa, 20 September 2016

Islam dan Kristen Berjalan Bersama

Kampanye Islamic Action Front (IAF) di Fuheis, Yordania, dalam kaitan pemilihan anggota parlemen, yang melibatkan empat kandidat di antaranya adalah Kristen. (Foto: csmonitor.com)

FUHEIS, YORDANIA, SATUHARAPAN.COM -  Akef Smeirat melakukan sesuatu yang tidak dilakukan kandidat Kristen lainnya. Ia maju bersama umat Islam.

“Hari ini kita harus berhenti berbicara tentang perpecahan, Islam, dan sayap kiri, suku melawan suku,” Smeirat menyampaikan pesannya kepada umat Kristen yang berkumpul di Olive Orchards, di wilayah luar Kota Amman, ibu kota Yordania. “Kita harus bekerja keras demi seluruh Yordania, Muslim dan Kristen, saling membantu, membangun Yordania yang lebih baik.”

Ismael Abu Rumman, kandidat Muslim dari Kota Salt, juga menyatakan hal yang sama. “Kita satu tim, satu pesan, dan satu suara. Kita menginginkan reformasi di Yordania,” ujar Rumman dalam kampanyenya di Fuheis bersama Smeirat. Keduanya bersama 130 kandidat lain adalah wakil dari Islamic Action Front (IAF), yang terlibat dalam pemilihan anggota parlemen, empat di antaranya termasuk Smeirat, adalah Kristen.

Kampanye tidak biasa, yang baru pertama kali terjadi pada abad ke-21 dalam politik di Timur Tengah ini tidak hanya membawa kandidat Muslim masuk ke komunitas Kristen, namun juga membawa kandidat Kristen ke kemah-kemah pengungsi dan wilayah-wilayah yang menjadi jantung pendukung Muslim.

IAF sendiri merupakan cabang dari Persaudaraan Muslim Yordania yang mengajak tiap kandidatnya menjadi pilar di komunitasnya sendiri. Mereka terlibat untuk pengambilan keputusan baik dalam hal strategi pemilihan sampai slogan kampanye.

Namun, beberapa kelompok tetap bersikap skeptis. Mereka masih mempertanyakan apakah gerakan ini merupakan tanda sebuah perubahan atau sekadar strategi partai Muslim untuk memperoleh suara besar. Yordania memberikan sembilan dari 130 kursi di parlemen kepada pemeluk Kristen yang mencapai 3-4 persen populasi Yordania.

“Jika melihat secara mendalam gerakan ini, Anda akan melihat bahwa perubahan ini hanya sekadar di permukaan,” kata Musa Shteiwi, Direktur Pusat Perubahan di Universitas Yordania. “Manisfesto Persaudaraan tidak menyuarakan perlindungan terhadap kaum minoritas, hal yang penting bagi pemeluk Kristen, sehingga perubahan ini hanya bersifat kosmik saja.”

Kenapa Muslim Menjangkau Keluar?

Undang-Undang Pemilihan Umum di Yordania mengharuskan kandidat untuk melakukan kampanye antarsuku, partai, dan agama. IAF sendiri menyatakan bahwa penjangkauan mereka ke pemeluk Kristen merupakan tindakan inti dari gerakan mereka, lebih dari sekadar mencari sekutu.

“Di Yordania dan seluruh wilayah Arab, situasi politik sudah berubah. Permintaan masyarakat sudah berubah, dan kami sudah berubah,” ujar Zaki Bani Rsheid, Deputi Pimpinan Persaudaraan Muslim Yordania.

Dalam proses perubahan dari Partai Konservatif Islam menjadi gerakan nasional, Rsheid membentuk Aliansi Nasional untuk Reformasi, sebuah jaringan reformasi terdiri atas kaum kiri, nasionalis, suku, kaum Muslim, dan Kristen. Koalisi ini bertujuan menjadi sebuah kekuatan di parlemen Yordania untuk mendesak terjadinya reformasi politik, ekonomi, dan pemberantasan korupsi.

“Kami bukan lagi sebuah gerakan agamis, namun sebuah gerakan yang lebih luas, sebuah gerakan nasional yang memberi ruang suara bagi seluruh warga Yordania, khususnya bagi saudara-saudari kami, umat Kristen.”

Sebuah Alternatif dari Ekstremisme

Orang Kristen Yordania mengalami hal yang lebih baik dibanding dengan saudara-saudaranya di negara Timur Tengah lain. Mereka dapat keleluasaan status, bekerja di bidang militer, di pengadilan, dan sebagai anggota kabinet di kementerian.

Namun, pada Juli lalu, terjadi sebuah kontroversi setelah seorang musisi Kristen meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Peristiwa itu sangat ramai dibicarakan di media sosial sehingga menjadi perhatian khalayak secara nasional. Mereka mempertanyakan apakah tepat bagi seorang Muslim untuk menyatakan belasungkawa mereka kepada orang Kristen. Kontroversi itu akhirnya membuat otoritas fatwa nasional mengeluarkan fatwa bahwa pemberian belasungkawa kepada umat Kristen sangat didorong bukan hanya diizinkan.

Para kandidat menyuarakan dialog antarumat beragama yang difasilitasi oleh keluarga Raja Abdullah. Mereka mendorong gereja-gereja yang berada di tepi Sungai Yordan, menyambut para pemimpin gereja dari seluruh dunia yang berkumpul dalam Minggu Harmoni Antarumat Beragama Sedunia awal tahun ini.

“Ada banyak kaum ekstremis di masyarakat yang mencoba menggunakan agama untuk menciptakan ketegangan dan mengganggu keamanan, kami hadir sebagai suara alternatif untuk menghadapi mereka,” ungkap Audeh Quawas, mantan aktivis Gereja Orthodox.

Perubahan yang Berlangsung Lama

Para peneliti terpecah dalam dua pendapat berbeda, apakah ini merupakan tanda bahwa kaum Muslimin berubah haluan dan dukungan lintas sektorial ini akan berlangsung terus setelah pemilu? Sejarah Persaudaraan Muslim memberikan gambaran kepada umat Kristen.

Persaudaraan Muslim hanya ada di pemerintahan. Pada 1991, ketika gerakan Muslim menguasai pemerintahan, mereka berusaha menegakkan sikap konservatifnya dengan melarang alkohol masuk, melarang para ayah menyaksikan anak perempuan mereka bertanding dalam kejuaraan olahraga, dan memisahkan peranan pria wanita dalam kementerian, kegiatan kampus, dan sekolah di seluruh kerajaan.

Namun, banyak pemilih Kristen yang tidak mau melihat kepada politik masa lalu.

“Kami bangkit sebagai orang Yordania yang menempatkan identitas kami sebagai orang Yordania terlebih dahulu. Kami memilih demi Yordania yang lebih baik, bukan untuk Yordania yang terpecah belah,“ kata Jeryes Munir, mahasiswa yang memilih untuk Fuheis. (csmonitor.com/spw)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home