Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 20:50 WIB | Kamis, 09 Maret 2017

Istana Optimistis Pertemuan Jokowi-SBY Sinyal Positif

Presiden Joko Widodo (kiri) bertemu dengan mantan Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) di Istana Merdeka, Jakarta, hari Kamis (9/3). (Foto: BPMI Setpres)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Istana Kepresidenan melalui Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyatakan optimistis pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan sinyal positif bagi perpolitikan bangsa.

"Mudah-mudahan memberikan sinyal positif bagi siapapun karena apapun Presiden Jokowi, Pak SBY presiden 10 tahun tentu ada pekerjaan bersinggungan dalam pemerintahan itu," kata Pramono di Kantor Presiden Jakarta, hari Kamis (9/3).

Ia mengatakan pertemuan para tokoh siapapun tokoh tersebut dilakukan secara terbuka oleh Presiden Jokowi.

Maka pertemuan dengan Ketua Umum Partai Demokrat tersebut pun dilanjutkan dengan konferensi pers bersama di veranda belakang Istana Merdeka.

"Dan kita saling menghormati mudah-mudahan pertemuan ini menjadi sinyal positif di mata internasional," katanya.

Pramono menambahkan pertemuan itu dilakukan dalam suasana yang santai diselingi minum teh dan makan kudapan favorit SBY yakni lumpia jakarta.

"Enggak ada saling tuding, enggak ada tudingan, yang ada senyuman, minum teh," katanya.

Lebih lanjut Pramono enggan berkomentar soal polemik kedatangan SBY ke Istana apakah diundang Istana atau atas permintaan SBY kepada Istana.

Hal yang lebih pokok, menurut Pramono, adalah bahwa pertemuan tersebut memberikan warna yang mendamaikan suasana politik di Tanah Air.

Pemerintahan Mulus Setelah Pertemuan Jokowi-SBY

Pengamat politik dari Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menilai pemerintahan akan berjalan mulus setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan SBY.

"Hampir mulus dan tidak ada gangguan ke depan bagi pemerintahan Jokowi pasca-pertemuan tersebut. Kita tahu selama ini yang seringkali `mengganggu` atau `merecoki` pemerintahan rezim Presiden Jokowi salah satunya adalah Partai Demokrat," kata Pangi di Jakarta, Kamis (9/3).

Dia menekankan selama ini oposisi sesungguhnya dari Pemerintahan Jokowi adalah Partai Demokrat dan PKS, bukan Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo Subianto.

Pangi memandang makna yang mungkin muncul di benak publik atas pertemuan antara SBY dengan Jokowi mungkin saja beragam.

Pertama, publik mungkin menilai pertemuan itu akan menguntungkan Presiden Jokowi, sebab selama ini Partai Demokrat adalah partai yang kerap "mengganggu" pemerintah. 

"Kini Demokrat akan berbeda setelah SBY bertemu Presiden Jokowi. Namun seperti lazimnya sebuah pertemuan politik, akan selalu berbicara apa dan siapa mendapat apa serta bagaimana," kata Pangi. 

Kedua, publik bisa juga menilai bahwa pernyataan mantan Ketua KPK Antasari Azhar, yang menyebut SBY mengkriminalisasi kasusnya, adalah hal yang membuat SBY tersandera sehingga bertemu Presiden Jokowi.

Ketiga, bisa jadi dalam pertemuan tersebut ada kesepakatan politik besar untuk mengamankan kasus SBY sepanjang Demokrat tidak "merecoki" dan "mengganggu" pemerintahan.

Keempat, SBY ingin membawa Demokrat masuk ke lingkaran partai pemerintah. Meskipun SBY selalu mengatakan bahwa Partai Demokrat berada di luar pemerintahan.

"SBY mungkin memberi sinyal ingin mengamankan posisi Partai Demokrat. Terutama setelah kalahnya putra mahkota SBY yaitu Agus Yudhoyono dalam Pilkada DKI Jakarta putaran pertama," kata Pangi.

Dari berbagai kemungkinan itu Pangi menilai SBY memiliki misi untuk mengamankan posisinya yang kian terdesak sehingga bertemu Presiden Jokowi. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home