Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 10:39 WIB | Kamis, 06 Juni 2019

Jadi Lollypop Lady Populer bagi Pemegang Visa Working Holiday di Darwin

Ilustrasi. Pekerjaan pengatur lalu lintas ini diperlukan di berbagai proyek perbaikan jalan yang ada di seluruh Australia dan kebanyakan yang bekerja adalah perempuan. (Foto: TCP Training)

DARWIN, SATUHARAPAN.COM – Dulu, bekerja di perkebunan sebagai pemetik buah merupakan pilihan bagi pemegang working holiday visa (WHV) perempuan yang ingin berada dua tahun di Australia.

Sekarang, bekerja di bidang pembangunan jalan sebagai lollypop lady semakin populer dan banyak dilakukan di Darwin, Northern Territory. Bukan hanya itu, seperti dilaporkan Gabrielle Lyons dari ABC, bayaran untuk pekerjaan tersebut pun tinggi.

Lollypop lady adalah istilah yang digunakan untuk mereka yang bekerja mengatur lalu lintas yang mengenakan tongkat untuk membiarkan mobil berhenti atau berjalan.

Pengatur lalu lintas ini diperlukan di berbagai proyek perbaikan jalan yang ada di seluruh Australia dan kebanyakan yang bekerja adalah perempuan.

Mereka bukan polisi, namun bekerja khusus sebagai bagian dari proyek untuk memastikan keselamatan pekerja maupun pengguna jalan umum lainnya.

Mereka yang datang ke Australia menggunakan WHV (Visa 417) diwajibkan bekerja selama 88 hari di kawasan regional sebagai syarat untuk visa tahun kedua.

Darwin dan Negara Bagian Northern Territory dianggap sebagai kawasan regional secara keseluruhan di Australia.

Chris Boyer, pemilik perusahaan bernama Trafficwerx NT, mengatakan 18 dari 25 karyawannya adalah perempuan yang sebagian besar pemegang visa WHV.

“Kami masuk dalam kategori industri konstruksi modern, dan itu artinya staf perempuan dibayar $28 per jam (sekitar Rp280 ribu), dan di akhir pekan, mereka bisa berpenghasilan $50 (sekitar Rp500 ribu) per jam,” katanya.

“Kadang memang yang datang, hanya untuk menjadi syarat agar visanya bisa diperpanjang, namun beberapa lainnya ada yang bekerja sampai enam bulan,” kata Boyer lagi.

Mengapa Banyak Perempuan Bekerja sebagai Lollypop Lady?

Boyer mengatakan, perempuan bisa membuat banyak pengendara jadi kalem, ketika mereka marah karena begitu banyaknya perbaikan jalan di Darwin di musim kering.

“Saya kira para pengendara lebih hormat terhadap perempuan di jalan,” katanya.

“Perempuan cenderung lebih berkepala dingin menghadapi masalah, pengendara kadang marah harus antre, dan perempuan bisa bereaksi kalem.”

“Juga, saya kira pengendara yang frustrasi akan kecil kemungkinan marah melihat pekerja perempuan yang mengatur lalu lintas.”

Rebecca, 26 tahun, dari Skotlandia, mengatakan pekerjaan sebagai lollypop lady lebih enak dibandingkan bekerja sebagai pemetik buah di perkebunan.

“Saya tidak menduga sebelumnya bahwa ketika berada di Australia saya akan bekerja sebagai pengatur jalan. Namun, ini jauh lebih baikk dibandingkan kerja di perkebunan,” katanya.

“Saya belum melihat banyak Australia sejak saya tiba di sini, namun saya suka pekerjaan ini, dan saya lebih tertarik untuk mengetahui , Northern Territory lebih jauh lagi.”

Manajer operasi Louise Crothers, yang berasal dari Irlandia, mengatakan pada awalnya bekerja sebagai pengatur lalu lintas itu adalah untuk memperpanjang visanya. Namun, sekarang karena suka dengan pekerjaan itu, dia sudah menjadi warga negara Australia.

“Semakin banyak backpacker yang menyebarkan informasi bahwa pemetik buah bukan satu-satunya opsi untuk bisa mendapat visa untuk tahun kedua. Bidang konstruksi juga terbuka dan banyak lowongan untuk itu.”

Tiff, 33 tahun, asal Prancis, mengatakan pengatur lalu lintas perempuan ini menunjukkan adanya kesetaraan di industri konstruksi.

“Saya melihat memang lebih banyak perempuan yang bekerja di bidang ini dibandingkan laki-laki. Ini kerjaan berat, sehingga menarik untuk dilihat.”

“Namun, melihat banyaknya pekerja yang melakukan kerja membangun dan memperbaiki jalan adalah pria, saya kira mereka bereaksi positif terhadap pengatur lalu lintas perempuan. Jadi ada keseimbangan,” kata Tiff. (abc.net.au)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home