Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 22:22 WIB | Rabu, 25 Maret 2015

Jelang Paskah, Gereja Ortodoks Ungkap Kebutuhan Indonesia

Tokoh Gereja Ortodox Indonesia Romo Daniel Byantoro. (Foto: Martahan Lumban Gaol)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Perayaan Paskah merupakan hari penting bagi umat Nasrani di seluruh dunia, karena memperingati peristiwa sakral dalam hidup Yesus Kristus. Paskah menandai peristiwa Yesus disalibkan, mati, dan dikuburkan, kemudian bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga.

Tokoh Gereja Ortodoks Indonesia Romo Daniel Byantoro mengatakan perayaan Paskah sekarang ini tidak sekadar mengenang sejarah di mana Yesus mengalahkan dosa dan mati demi menebus dosa umat manusia. Menurut dia, kini gereja dan umat Nasrani di Indonesia dituntut menjadikan Paskah sebagai momentum mengalahkan kemiskinan dan kebodohan yang mewabah di seluruh penjuru Tanah Air.

“Paskah adalah Yesus dibangkitkan untuk mengalahkan dosa dan kematian. Tapi sekarang kematian itu berbentuk kebodohan dan kemiskinan, kematian di bidang pendidikan dan kesejahteraan, umat Nasrani di Indonesia harus bisa menerjemahkan Paskah sekarang ke sana,” kata Romo Daniel kepada satuharapan.com, di Jakarta, Rabu (25/3).

“Paskah tidak hanya berguna untuk pemahaman religius secara individualistik, tapi harus punya dampak sosial,” dia menambahkan.

Selanjutnya, Romo Daniel mengajak umat Nasrani di Indonesia menterjemahkan makna Yesus Kristus mengalahkan kuasa kegelapan. Menurut dia, salah satu kuasa kegelapan yang saat ini menyelimuti bangsa Indonesia ada di bidang penegakan Hak Asasi Manusia (HAM), di mana kebebasan berekspresi iman kaum minoritas makin terpenjara.

“Melihat hal ini, gereja jangan hanya jago kandang, gereja harus bisa mengajak jemaatnya berjuang dan berdampak di tengah masyarakat,” kata dia.

Iman Harus Beri Warna

Menurut tokoh Gereja Ortodoks Indonesia itu, iman harus diterjemahkan ke dalam kehidupan nyata, bukan hanya untuk akhirat, melainkan untuk dunia juga. Sebab, menurut dia, bila iman tidak bisa memberi warna pada dunia, artinya manusia telah salah dalam beriman.

“Sekarang ini kekristenan hanya semacam busa besar, tapi tidak punya pijakan ke dalam. Seharusnya kekristenan bisa diterjemahkan dalam ranah politik, artinya kita ikut memikirkan nasib negara ini,” kata dia.

Dia melanjutkan, banyak tokoh-tokoh agama Kristen saat ini lebih senang mengurusi masalah internal saja, dalam bahasa Romo Daniel disebut hura-hura rohani. Hal tersebut, menurut dia, terlihat dari sejumlah gereja besar yang hanya mementingkan perpuluhan, hingga bertengkar karena aset di dalam gereja itu sendiri.

“Mereka tidak bisa menterjemahkan iman dalam keikutsertaan kepedulian pada masyarakat dan bangsa. Sepertinya mereka terlalu berada dalam zona nyamannya, tidak berani keluar,” ujar Romo Daniel.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home