Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 13:36 WIB | Rabu, 20 April 2016

Jokowi: Indonesia adalah Berkat bagi Dunia

Presiden Jokowi bertemu dengan PM Inggris David Cameron, di London, Inggris, Selasa (19/4) siang. (Foto: Biro Pers Istana Kepresidenan)

LONDON, SATUHARAPAN.COM – Hubungan antara Indonesia dan Inggris sudah terjalin sejak akhir abad ke 16, ketika Francis Drake datang ke Maluku. Beberapa tahun kemudian, tahun 1602, John Lancaster  tiba di Aceh membawa surat dari Ratu Elizabeth I  untuk memulai hubungan dagang.

Kini, setelah sekitar 400 tahun berlalu, menurut Presiden Joko Widodo, hubungan panjang tersebut harus diperkuat demi kemakmuran rakyat kedua bangsa dan untuk persahabatan dan kerja sama kedua negara.

Di depan Parlemen Kerajaan Inggris, hari Selasa (19/4), Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia adalah negara yang sedang bekerja keras untuk menjadi negara maritim yang makmur. Indonesia juga merupakan negara yang menjunjung nilai-nilai universal kemanusian, pluralisme, dan toleransi, dengan mengedepankan demokrasi dan menghormati hak asasi manusia (HAM).

“Negara di mana Islam dan demokrasi berjalan seiring. Negara dimana moderasi, tradisi dan modernitas disatukan oleh satu rujukan, yaitu Pancasila sebagai dasar negara kami," kata Jokowi seperti diungkapkan dalam keterangan tertulis yang diterima satuharapan.com, di Jakarta, hari Rabu (20/4).

Negara Dua Anugerah

Lebih jauh Jokowi mengungkapkan keyakinanannya bahwa Indonesia akan menjadi berkat bagi dunia yang masih berkutat melawan kemiskinan, kental dengan ketidakadilan, diwarnai oleh berbagai konflik multidimensi, terganggu oleh terorisme dan ekstrimisme kekerasan, serta masih sarat dengan prasangka dan sikap intoleran.

Menurutnya, keyakinan itu didasarkan pada kenyataan bahwa Indonesia dianugrahi dua aset penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni Islam dan demokrasi. Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari 200 juta penduduk muslim, dengan ciri utama yang moderat.

"Kami bangga bahwa islam di Indonesia memiliki peran penting dalam mengkonsolidasikan demokrasi. Bertindak sebagai penjaga kemajemukan dan toleransi. Menyerukan moderasi dalam masyarakat. Menentang radikalisme, segala bentuk terorisme, dan ekstrimisme kekerasan dan dapat menjadi inspirasi bagi dunia," ujar Jokowi.

Islam Aset Indonesia

Sejak reformasi 1998, Indonesia telah menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Pemilu demokratis dan damai, yang telah berjalan selama empat kali, kini  menjadi satu-satunya mekanisme pergantian kekuasaan.

Semua warga negara, terlepas dari latar belakang ras, jender dan agama adalah sama di mata hukum dan memiliki persamaan hak dan kewajiban. Militer di Indonesia tidak lagi terlibat dalam politik. "Kebebasan berbicara, kebebasan pers dan kebebasan beragama, semuanya dijamin oleh konstitusi. Setiap WNI mempunyai hak menjadi Presiden, termasuk saya," ujar Presiden.

Seperti di banyak negara lain, dua aset penting dalam kehidupan di Indonesia, yakni Islam moderat dan demokrasi, masih mendapat berbagai tantangan, seperti tindakan intoleransi dalam masyarakat, radikalisme dan ektremisme kekerasan, aksi-aksi terorisme yang mengatasnamakan agama. "Bahkan ada juga warga negara kami yang bergabung dengan gerakan-gerakan teroris asing di luar negeri meskipun jumlahnya sangat kecil sekali di antara 252 juta penduduk Indonesia," kata Presiden.

Perdamaian Perlu Dukungan Bersama

Jokowi menjelaskan cara Indonesia menghadapi tantangan di dalam negeri dengan memperkuat penegakan hukum, merevisi UU anti-terorisme, dan meningkatkan kemampuan otoritas intelijen. Namun yang lebih penting adalah mengedepankan pendekatan soft power, menggunakan pendekatan agama dan budaya, melibatkan partisipasi masyarakat, khususnya ormas keagamaan, menjalankan program deradikalisasi, rehabilitasi, dan reintegrasi di masyarakat.

"Kami juga menjalin kerja sama internasional, termasuk dalam menyerukan perdamaian dan kerja sama antar-peradaban," ucapnya.

Dia menggarisbawahi bahwa tantangan yang dihadapi sekarang ini tidak bisa dihadapi dengan pendekatan militer semata, tidak juga dapat diselesaikan secara unilateral.

"Apalagi dengan pendekatan yang diwarnai oleh intoleransi dan buruk sangka justru intoleransi dan buruk sangka inilah yang ingin disamai oleh terorisme maupun oleh gerakan radikal dan ekstremisme," kata Jokowi.

Karena itu, lanjut Jokowi, serangan teror dimana pun, harus mengingatkan kita pada pentingnya kerja sama internasional, pentingnya mempromosikan toleransi dan tidak terprovokasi, pentingnya mengatasi akar masalah.

"Suara dan upaya perdamaian yang diserukan Indonesia, tidak dapat kami lakukan sendirian," kata Jokowi.

Turut hadir mendampingi Jokowi, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Dubes Indonesia untuk Inggris Rizal Sukma.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home