Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 15:34 WIB | Jumat, 07 April 2017

Jokowi Pastikan Persiapan Lebih Awal untuk Lebaran 2017

Pedagang cabai tertidur di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (4/4). BPS mencatat deflasi pada bulan Maret 2017 sebesar 0,02 persen yang dipicu penurunan harga bahan pangan terutama cabai. (Foto: Antara)

SALATIGA, SATUHARAPAN.COM Presiden Jokowi ingin memastikan tersedianya bahan pokok, persiapan sarana dan prasarana transportasi, dan keamanan untuk Lebaran 2017. Dengan persiapan yang lebih matang, diaharapkan masa Ramadan dan Idul Fitri 1438 H ini berjalan lebih baik.

“Saya berharap dengan langkah-langkah persiapan yang lebih awal dan baik pada Ramadan tahun ini, saudara-saudara kita, kaum muslimin dan muslimat, dapat menjalankan ibadah puasanya dengan tenang, aman, dan nyaman,” ujar Presiden.

Tersedianya bahan pokok di pasar seperti beras, gula pasir, daging sapi/ayam, telur, minyak goreng, dan LPG dengan harga wajar adalah penting. Karena saat puasa dan lebaran terjadi peningkatan kebutuhan di masyarakat yang membuat harga merangkak naik. Oleh karena itu, pasokan barang ke pasar perlu ditambah. Dengan demikian kenaikan harga bisa direm. Karena harga secara alami terbentuk oleh pertemuan antara permintaan dan penawaran. 

Di sini peran dan kerja sama Kementerian Pertanian, Perdagangan, dan Bulog menjadi penting. Selain ketersediaan stok, perlunya dijaga kelancaran jalur distribusi. Dengan demikian saat harga mulai naik, pasokan harus segera ditambah. Berkaca dari pengalaman tahun lalu, daging sapi, ayam, telur, beras, dan bawang merah harganya naik signifikan. Oleh karena itu, untuk komoditas-komoditas tersebut butuh perhatian lebih.

Hal kedua yang menjadi perhatian Presiden adalah menyiapkan sarana dan prasarana transportasi. Data penumpang angkutan umum Kementerian Perhubungan periode H-7 sampai dengan H+7 pada Lebaran 2016 memperlihatkan peningkatan sebesar 4,3 persen dibandingkan dengan tahun 2015. Rinciannya jumlah penumpang angkutan jalan 4,4 juta, angkutan kereta api 4,08 juta, angkutan laut 930 ribu, dan angkutan udara 4,9 juta. Angkutan udara mengalami peningkatan paling besar yakni sebesar 13,74 persen dibandingkan dengan tahun 2015. Dengan asumsi peningkatan sebesar 4 persen, maka tahun 2017 ini, akan ada 14,9 juta penumpang yang harus diangkut dengan berbagai moda. Diluar mereka yang menggunakan kendaraan pribadi. Data menunjukkan sebagian besar pemudik menuju Jawa Tengah (43,7%), Jawa Barat (21,3%), Daerah Istimewa Yogyakarta (9,1%), dan Jawa Timur (7,3%). Data tersebut memberi gambaran, jaringan tol mulai dari Jakarta hingga Pemalang yang merupakan bagian dari tol Trans Jawa akan tetap menghadapi beban lalu-lintas paling berat. Tol ini dianggap cara yang paling cepat ke berbagai tujuan di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.

Volume kendaraan meningkat sangat pesat pada satu ruas tol ini, rawan memunculkan kemacetan di pintu keluar. Meski kemudian dilakukan rekayasa lalu-lintas sebaik apapun. Seperti kata pepatah, kekuatan sebuah rantai tergantung pada ikatan rantai yang paling lemah. Oleh karena itu strategi yang lebih baik, khususnya manajemen lalu-lintas di jalan tol harus benar-benar cermat dijalankan selama masa angkutan lebaran. Akses pintu keluar perlu disebar dan tidak hanya bertumpu pada satu pintu. Jalan arteri pada pintu keluar harus benar-benar dijaga kelancarannya sampai beberapa kilometer di depan. 

Dilansir dari pu.go.id, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono optimis pembangunan empat jalan layang (flyover) untuk mengurai kemacetan akibat perlintasan sebidang kereta di Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah akan selesai pada pertengahan Juni 2017 dan bisa digunakan saat mudik Lebaran 2017. Keempat flyover tersebut yakni Klonengan-Prupuk, Dermoleng-Ketanggungan, Kretek-Paguyangan, dan Kesambi yang saat ini progres pembangunannya sudah sesuai rencana, walaupun terdapat gangguan hujan. Selain persoalan kemacetan di pintu keluar tol Pejagan, Brebes, dan Pemalang, hal lain yang perlu diantisipasi adalah penyeberangan kapal Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk. Volume penumpang kedua tempat penyeberang ini melonjak drastis terutama di malam hari mulai H-4. Himbauan agar masyarakat menyeberang pada siang hari perlu digalakkan. Penumpang kapal juga mesti mempersiapkan identitas diri.

Untuk pengguna jalan raya, sosialisasi kepada para pemudik wajib digencarkan jauh-jauh hari. Terutama dengan memberikan rute-rute utama dan rute alternatif yang bisa dilalui. Kerja sama pemantauan lalu-lintas lewat aplikasi digital sangat membantu para pemudik. Penting juga memberi pengertian untuk mengatur rencana perjalanan untuk mengurangi penumpukan pada puncak arus mudik.

Kesabaran perlu ditanamkan sejak awal, lantaran sebesar atau sebaik apapun pengaturan yang telah dilakukan, pasti akan menimbulkan kemacetan lantaran besarnya volume kendaraan yang melintas dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran pada puncak arus mudik Idul Fitri tahun 2016, gerbang tol Cikarang Utama dilalui 117.000 mobil. Dari segi keamanan angkutan, pemeriksaan angkutan lebaran menjadi agenda penting untuk mengurangi kecelakaan fatal, terutama lantaran moda angkutan harus mengangkut orang dan barang dalam jumlah yang besar. (presidenri.go.id)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home