Loading...
DUNIA
Penulis: Endang Saputra 21:44 WIB | Sabtu, 29 November 2014

Jumat Berdarah, Empat Jadi Korban Demonstrasi Mesir

Pasukan keamanan berhasil menangkap lebih dari 100 orang yang berencana menggelar demonstrasi anti-pemerintah. (Foto: Reuters)

SATUHARAPAN.COM – Pejabat pemerintah Mesir mengatakan, dua tentara, salah satunya berpangkat brigadir jenderal tewas jadi korban penembakan. Pada hari yang sama dua pengunjuk rasa di pinggiran Kairo.

Kata petugas ini, perwira senior tersebut tewas pada Jumat (28/11), ketika penyerang tak dikenal melepaskan tembakan dari kendaraan. Dua tentara yang merupakan dari wajib militer juga terluka dalam serangan itu.

Dilaporkan kantor berita Associated Press, juru bicara Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Mesir, Hani Abdel-Latif, mengatakan, tujuh bom yang meledak di seluruh negeri.

Mesir siap melakukan serangan mematikan dalam menghadapi potensi kekerasan selama aksi protes besar-besaran yang dilakukan Salafi, karena pasukan keamanan berjanji menghadapi setiap kerusuhan dengan "kekuatan mematikan".

Front Salafi menyerukan demonstrasi nasional sebagai upaya pertamanya dalam beberapa bulan melalui aksi protes besar-besaran dalam menghadapi tindakan keras sejak kudeta militer tahun lalu terhadap Presiden Mohamed Morsi, yang didukung Ikhwanul Muslimin.

Pada demonstrasi masa lalu oleh pendukung Morsi, telah menyembunyikan identitast Islam mereka sebagai usaha menggalang dukungan yang lebih luas, sementara  Salafi yang cenderung konservatif memilih mengorganisir demonstrasi Jumat belum mencoba menyembunyikan tema religius.

Para demonstran membawa salinan Alquran. Ini strategi bahwa jika demonstran diserang itu dianggap sebagai usaha memerangi Islam dan menghina Kitab Suci umat Muslim tersebut.

Morsi melalui Ikhwanul Muslimin mendukung demonstrasi yang direncanakan, tetapi meminta Salafi menghindari konfrontasi dengan pasukan keamanan.

Saat banyak orang yang percaya demonstran tidak akan terjadi dalam skala masif, pejabat keamanan menyatakan prihatin atas kemungkinan serangan, khususnya setelah kelompok bersenjata utama Mesir belum lama ini mendeklarasikan dukungan kepada Negara Islam di Irak dan Levant atau ISIL (lebih dikenal dengan ISIS).

"Pasukan keamanan dikerahkan di pusat Tahrir Square, Kairo dan di tempat strategis lainnya di seluruh negeri pada Kamis (27/11) malam," kata kantor berita Associated Press.

Gereja tak menggelar ibadah

Banyak orang Mesir mengatakan, mereka membatalkan aktivitas sosial, tak menggunakan transportasi umum, dan memilih berada di rumah pada hari Jumat.

Gereja-gereja di wilayah selatan, di mana terdapat umat Kristen dan Muslim dalam jumlah besar, juga membatalkan ibadah Jumat dan kelas agama Minggu.

Kekhawatiran juga dipicu pemberitaan media pro-pemerintah yang memainkan lagu-lagu patriotik dan mempertontonkan tentara pasukan khusus yang dikerahkan.

Salah satu presenter TV, Ahmed Mousa, mendesak pemerintah meredam semua potensi kerusuhan.

"Kalaupun ada satu juta orang bersenjata, maka bunuhlah mereka semua," katanya. "Saya tidak ingin Anda (militer) untuk menangkap (orang bersenjata) ... Hanya (menginginkan) membunuh mereka.

Seruan protes digulirkan Front Salafi, sebuah faksi gerakan Salafi berpusat di bagian Delta Nil.

On its Facebook page, the Salafist Front calls for a "Muslim Youth Uprising" to "topple military rule in Egypt," urging followers to "protect your Quran".

Pada laman Facebook-nya, Salafi Front mengajak "Pemuda Muslim Bangkit" untuk "menggulingkan pemerintahan militer di Mesir," mendesak para pengikut "melindungi Quran Anda". (aljazeera.com)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home