Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 11:19 WIB | Sabtu, 15 Maret 2014

Kabut Asap di Riau: Kualitas Udara Berbahaya

Membagikan masker untuk menangkal kualitas udara yang terus memburuk dari kabut asap akibat pembakaran lahan membabi-buta. (Foto: mediacenter.riau.go.id)

PEKANBARU, SATUHARAPAN.COM - Sampai dengan Sabtu (15/3) ini, kabut asap pekat masih menyelimuti wilayah Riau dan menyebabkan kualitas udara pada tingkat berbahaya.

Gambar yang diambil melalui satelit Terra/Aqua (Modis) pada Jumat (14/3) sore kemarin dan pagi ini, seperti dilaporkan Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), memperlihatkan terdapat banyak hotspot (titik panas) yang mengindikasikan kebakaran lahan dan hutan di wilayah utara Riau.

Karena angin bertiup dari utara dan timur (timur laut), asap pun mengarah ke wilayah selatan Riau, yaitu Bengkalis, Siak, Pekanbaru, Rokan Hulu, bahkan sampai ke Sumatera Barat. Kabut asap dari negara tetangga Malaysia juga mengarah ke Riau dan turut andil memperparah kondisi.

Salah satu dampak kabut asap adalah penurunan kualitas udara yang diukur dengan ISPU, Indeks Standar Pencemar Udara. Pengukuran ISPU dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Riau, Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumatera Kemenhut dan Chevron. Data ISPU Februari sampai dengan Maret menunjukkan kondisi udara di sebagian wilayah Riau dalam kondisi “berbahaya”. Kenyataan itu yang mendasari Pemda Riau mengambil kebijakan meliburkan anak sekolah dari SD sampai SMA.

Dampak lain adalah peningkatan jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, asma, iritasi mata,  dan iritasi kulit. Penderita penyakit tersebut naik drastis, sekitar 172 persen, sejak status tanggap darurat asap ditetapkan Gubernur Riau pada 26 Februari lalu.

 

Dampak bagi Kesehatan

Sabtu, 15 Maret pagi ini, citra satelit NOAA 18 memantau hotspot di 16 titik, antara lain di Bengkalis 3 titik, Dumai 1, Indragiri Hilir 11, dan Meranti 1.

Kabut asap, seperti dilaporkan Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan BNPB dalam siaran persnya 15 Maret, masih menyelimuti khususnya wilayah Rokan Hilir, Rokan Hulu, Bengkalis, Siak, Pekanbaru, Kampar, Pelalawan, Indragiri Hilir, dan Indragiri Hulu, bahkan sampai ke wilayah Sumbar.

Intensitas kabut masih menyebabkan kualitas udara dalam kondisi “berbahaya” di Bengkalis, Siak, Pekanbaru, Rokan Hulu, Kampar, Pelalawan, Kuantan Singingi.

Informasi kesehatan yang disiarkan dari Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, menyebutkan kabut asap Riau berdampak pada delapan masalah kesehatan. Pertama, kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.

Kedua, kabut asap memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik. Ketiga, kemampuan kerja paru berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan sulit bernapas.

Keempat, bagi yang berusia lanjut, anak-anak, juga yang punya penyakit kronik, akan lebih rentan mendapat gangguan kesehatan.

Kelima, kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang. Keenam, secara umum berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.

Ketujuh, bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi. Kedelapan, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, utamanya karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus penyebab penyakit, dan buruknya lingkungan.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama, memberikan kiat-kiat untuk melindungi diri dari risiko gangguan kesehatan akibat kabut asap.

Penderita penyakit jantung dan gangguan pernapasan sebaiknya menghindari atau mengurangi aktivitas di luar rumah/gedung. Kalaupun terpaksa ke luar rumah, sebaiknya memakai masker. Penderita gangguan paru dan jantung disarankan meminta nasihat dokter untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi.

Mengupayakan polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah/sekolah/kantor dan ruang tertutup lainnya. Penampungan air minum dan makanan harus terlindung baik.

Selalu melakukan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), seperti makan makanan bergizi dan beristirahat cukup. Minum air putih lebih banyak dan lebih sering. Mencuci buah-buahan sebelum mengkonsumsi.

Karena masker biasa dianggap tidak bisa melawan asap pekat, sebagian warga kini mempraktekkan cara lain. Mereka memanfaatkan handuk bersih basah untuk masker, untuk mendapatkan oksigen segar.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home