Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 18:55 WIB | Selasa, 14 Juni 2016

Kadin Usulkan Sistem Impor Sapi Jadi Satu Tahun

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan, Juan Permata Adoe. (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan, Juan Permata Adoe, mengusulkan kepada pemerintah untuk memberlakukan sistem impor sapi tidak berdasarkan per kuartal atau per caturwulan melainkan per satu tahun masa pengimporan.

Namun usulan tersebut kata dia menemui titik buntu, karena pengusaha dianggap akan menahan kebutuhan stok di dalam negeri.

“Dari awal kalau ngomong logistik kita jangan ngomong per kuartal atau per caturwulan. Impor itu dibikin planning satu tahun. Jadi kita punya basis planning. Jadi kita tahu kapan lebaran kita impor,” kata Juan di Thamrin City, Jakarta, hari Selasa (14/6).

“Nah ini yang enggak pernah ketemu, bahasa ini enggak pernah ketemu. Kita minta untuk satu tahun. ‘Enggak mau nanti pengusahanya tahan-tahan barang.’ Emang pengusaha bodoh apa?,” dia menambahkan.

Menurut dia, pengusaha itu mau tidak mau akan menghitung kebutuhan daging sapi dalam negeri. Oleh karena itu dia meminta pemerintah tidak perlu lagi membatasi jumlah sapi yang diimpor.

“Bagi pengusaha, yang paling menguntungkan mana dia akan kerjain. Jadi kita enggak perlu batasin jumlah sapi, bebasin,” katanya.

Lebih lanjut, dia mengusulkan juga supaya jenis sapi yang diimpor tidak dibatasi baik dari jenisnya maupun dari negara asalnya, karena menurut dia, peternak tidak membeda-bedakan jenis sapi yang nantinya akan dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH).

“Jangan batasin juga jenis sapi, bebasin. Karena peternak itu punya mindset terhadap semua jenis ternak itu beda-beda. Dia bisa mengelola. Jadi ini yang mungkin perlu pemahaman yang sama,” katanya.

Belum Optimal

Sebelumnya, Menteri Perdagangan, Thomas Trikasih Lembong, mengakui impor daging sapi yang dilakukan pemerintah belum optimal dalam implementasinya. Padahal hal itu perlu dilakukan agar harga yang kini melambung dapat turun menuju Rp 80.000 per kilogram seperti yang diinginkan Presiden Joko Widodo.

“Impor masih belum optimal. Tapi kita allout mendorong sekeras-kerasnya tentunya perkembangannya sangat dinamis,” kata Tom Lembong menjawab pertanyaan satuharapan.com di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, hari jumat (10/6).

“Ya jadi memang harus kami akui khusus daging sapi kami agak telat, agak lengah dalam perencanaan. Sebenarnya bukan perencanaan, tapi pelaksanaan,” dia menambahkan.

Pengakuan ini menegaskan lagi hal yang sama yang sebelumnya sudah ia sampaikan. Pekan lalu Tom Lembong mengatakan Presiden Jokowi Widodo telah menginstruksikan kementerian untuk mengimpor daging sapi. Namun, gagal untuk melaksanakan perintah.

"Saya menyesal mengakui bahwa pelaksanaannya tidak berhasil," kata Thomas, seperti dikutip dari The Jakarta Post.

Pemerintah telah mengeluarkan izin impor daging sapi puluhan ribu ton, termasuk 10.000 ton kepada Bulog, yang sampai 6 Juni 2016 realisasinya baru mencapai 1.800 ton. Selain itu ada penugasan kepada Berdikari 5.000 ton, namun realisasinya masih belum dimulai.

Izin impor ini guna menekan harga daging sapi yang melonjak sampai Rp 120.000 per kilogram dan memenuhi arahan Presiden Joko Widodo agar harga di tingkat konsumen sebesar Rp 80.000 per kilogram.

Dengan pemberian izin impor beribu-ribu ton daging sapi itu, Mendag meyakini akan dapat dengan pesat meningkatkan pasok daging sapi dalam minggu-minggu berikutnya.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home