Loading...
INSPIRASI
Penulis: Priskila Prima Hevina 07:07 WIB | Selasa, 11 Agustus 2015

Kado untuk Indonesia

Kami mencari korek api. Sebab bara negeri kami hampir mati.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Tahun ini genap 70 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia. Saya beruntung bisa menyambut dan akan melewatkan momen tersebut di asrama pusdiklat. Saya diasramakan dalam rangka diklat prajabatan PNS golongan III, bersama ratusan teman baru dari seluruh Indonesia.

Saya ingat, satu tahun sebelumnya, saya masih mengikuti acara tirakatan di kampung. Waktu itu saya menulis dan membaca puisi, dalam rangka dirgahayu Republik Indonesia.

 

SAJAK KOREK API

 

Permisi, permisi…

Kami mencari korek api.

Sebab bara negeri kami hampir mati.

 

Sawah tinggal kenangan dan jala nelayan koyak perlahan.

Para bocah berlarian sambil kelaparan,

Sementara bapak-ibunya dalam kegalauan.

 

Apakah negeri kami sudah tamat riwayat?

Kami berharap jangan kiamat lebih cepat.

Kalau berlari tak bisa, boleh saja merambat.

 

Indonesia kami bukan di atas kertas.

Indonesia kami sedang menembus jelaga batas.

Penuh harap pada Pancasila sebagai kompas.

 

Untuk negeri yang kami cintai,

Kami mencari korek api.

Permisi.

(Telukan, 17 Agustus 2014).

 

Dahulu saya menuliskannya dengan rasa sedih, mengingat saya merasa belum ”menemukan korek api” tersebut. Tetapi hari ini ketika saya membaca ulang puisi tersebut, saya merasa optimis. Saya menyadari bahwa saya adalah bagian dari korek api itu sendiri, saya dan rekan-rekan diklat prajabatan yang lain.

Setiap hari kami dijejali materi ANEKA. ANEKA adalah akronim dari Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Materi-materi yang menjadi bekal kelahiran generasi baru birokrat di Indonesia. Setiap hari belajar teori normatif, setiap hari kami mengumandangkan lagu Bagimu Negeri ciptaan Kusbini, setiap hari mengucap Pancasila, setiap hari mengucap Panca Prasetya Korpri pula.

Diam-diam haru menyelinap di hati, memantik bara api yang kilatnya terpancar dari bola mata kami. Kepingan-kepingan puzzle niat dan tekad tersusun perlahan-lahan, untuk nantinya kami bawa di lingkungan kerja yang sesungguhnya. Sebab minggu-minggu percobaan di unit kerja telah sempat kami cicipi dan sungguh mengejutkan saat melihat wajah birokrasi dari dalam.

Saya kutipkan statement menarik dari widyaiswara/dosen diklat tentang ilustrasi agenda mewujudkan birokrasi bersih. Ada sebuah rumah yang kotor, dan untuk membersihkannya, kita tidak perlu menjadi kotor. Karena ada alat-alat kebersihan yang dapat diaplikasikan. Yang terutama adalah niat kita untuk membersihkan rumah.

Lalu sekarang masalahnya, siap atau tidak untuk menjadi korek api yang mempertahankan bara kewibawaan Negara Kesatuan Republik Indonesia? Tidak ada pilihan lain, hanya siap sedia. Mungkin apa yang kami sumbangkan di kantor tak banyak, beban kerja masih sederhana, tetapi kami percaya bahwa setiap upaya kami akan terakumulasi menjadi gelombang besar perbaikan negeri. Semoga ini menjadi kado yang istimewa yang dapat dipersembahkan bagi tujuh dasawarsa Indonesia.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home