Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yen Nie Tjhia 10:06 WIB | Senin, 12 Agustus 2013

Kebahagian Itu Pilihan, bukan Kondisi

foto: ymindrasmoro

SATUHARAPAN.COM – Minggu  lalu teman saya menghadapi sidang perceraian.  Sungguh di luar dugaan. Rumah tangga yang tampak harmonis—karier suami tinggi, istri mapan, dikaruniai dua anak cantik lagi pintar—ternyata bercerai.  Saya bertanya kepada teman saya, mengapa  cerai?  ”Saya mau mempertahankan perkawinan ini, tetapi suami saya bilang sudah tidak cinta lagi sama saya,” jelasnya.

Jadi, cintalah alasannya.  Menikah karena cinta, bercerai karena tidak cinta lagi. Lalu, bagaimana dengan dengan ikrar perkawinan sehidup semati, dalam suka dan duka? Bagaimana pula dengan tanggung jawab kepada anak-anak, yang tidak pernah minta dilahirkan, sebagai produk broken home.

Saya teringat saat menjelang hari pernikahan, calon ipar saya berkata, ”Kalau kamu menikah, itu artinya kamu siap masuk rumah tertutup, tanpa pintu keluar. Sekali kamu masuk, kamu tidak dapat keluar, dan jangan berpikir kamu bisa keluar.” Kemudian seorang kerabat memberi salam, ”Welcome to the jungle!”  Waktu itu saya tidak terlalu menanggapinya.  Namun, setelah sekian tahun, justru kata-kata merekalah yang terngiang di telinga jika saya menghadapi masalah rumah tangga.

Tak ada perkawinan sempurna. Tak ada perkawinan tanpa pertengkaran. Tak ada perkawinan tanpa cinta (kecuali kasus tertentu).  Tetapi, semua itu tidak berarti kita boleh melepaskan komitmen itu begitu saja.  Apa sebenarnya tujuan perkawinan?  Dalam pesta perkawinan, selalu ada ucapan ”Selamat menempuh hidup baru dan berbahagia.” Bagaimana jika hidup baru itu tidak membahagiakan?

Kebahagiaan itu pilihan, bukan kondisi.  Kebahagiaan tidak ditentukan oleh apakah pasangan hidup membuat kita bahagia, tetapi karena kita memilih untuk menjadi bahagia.  Kebahagiaan ada di tangan kita. Nah, selamat berbahagia!

email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home