Loading...
SAINS
Penulis: Prasasta Widiadi 07:16 WIB | Sabtu, 15 Februari 2014

Kegiatan Live In Sekolah Santo Yakobus Bertujuan Meningkatkan Solidaritas Sosial Siswa

Kegiatan Live In Sekolah Santo Yakobus Bertujuan Meningkatkan Solidaritas Sosial Siswa
Drs. Johannes Romiyono, M.Pd, Kepala Bidang Pendidikan Yayasan Santo Yakobus. (Foto: Prasasta)
Kegiatan Live In Sekolah Santo Yakobus Bertujuan Meningkatkan Solidaritas Sosial Siswa
Kegiatan live in yang dijalani siswa-siswi Santo Yakobus pada 2013 yang lalu. (Foto-foto:santoyakobus.or.id)
Kegiatan Live In Sekolah Santo Yakobus Bertujuan Meningkatkan Solidaritas Sosial Siswa
Kegiatan live in yang dijalani siswa-siswi Santo Yakobus pada 2013 yang lalu.
Kegiatan Live In Sekolah Santo Yakobus Bertujuan Meningkatkan Solidaritas Sosial Siswa
Kegiatan live in yang dijalani siswa-siswi Santo Yakobus pada 2013 yang lalu.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Yayasan Santo Yakobus menggelar sebuah kegiatan rutin yang dinamai live-in. Drs. Johannes Romiyono, M.Pd, mengatakan kepada satuharapan.com, Jumat (14/2) di  Gedung Yayasan Santo Yakobus, Jakarta, kegiatan live-in (tinggal menetap di luar kota bersama dengan keluarga lain) merupakan sarana sosialisasi dan mempertebal solidaritas sosial para siswa didik usia tertentu.

“Kalau kegiatan live in biasanya bagi siswa-siswi yang berada di kelas dua SMA. Kegiatan ini di luar Jakarta, jadi anak-anak yang biasa hidup di Jakarta ini harus belajar hidup dalam kesederhanaan,” kata pria yang akrab disapa Romi tersebut.

Romi mengemukakan ada beberapa kota tujuan yang pernah disambangi anak-anak dari SMA Yakobus.

“Waktu itu (SMA Yakobus) pernah di Kuningan (Jawa Barat),  terus pernah ke Wonosobo (Jawa Tengah), pernah juga ke Magelang,” lanjut Romi.

Melalui live-in, para siswa yang terbiasa hidup serba ada di kota besar seperti Jakarta, diharapkan mencintai alam sekitar, live-in berarti belajar solidaritas di pedesaan sehingga para siswa paham bagaimana ada kelompok masyarakat yang hidup pada kondisi yang amat sederhana.

“Bahkan ada satu masyarakat yang tidurnya tidak pakai listrik, nah mereka harus bisa mengisi kegiatan tersebut dengan positif,” tambah Romi.

“Harapan dari para guru yakni ketika para siswa menjadi pemimpin, mereka tahu ada kelompok masyarakat yang hidup seperti ini situasinya (dalam kesederhanaan),” kata Romi.

Yayasan Santo Yakobus berharap para siswa yang ikut live-in memang diminta terlibat dalam kegiatan sehari-hari penduduk.

“Kalau itu dengan petani ya mereka (para siswa) ke sawah, kalau itu pedagang ya mereka (para siswa)ke pasar,” lanjut Romi.

Romi mengatakan pada 2013 yang lalu, live-in diadakan di Tepusen, Kali Santen, Rawa Timur, Rawa Utara, Rawa Barat, Setro dan Ngasinan. Semua berada di daerah Rawaseneng, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

“Para siswa, waktu November 2013, tinggal bersama dengan orang tua asuh dan mengikut kegiatan rutinitas orang tua asuh mereka,” lanjut Romi.

Kegiatan  lain yang diadakan saat live-in adalah pelajaran tambahan yang akan diberikan oleh siswa siswi SMA Santo Yakobus kepada para siswa-siswi usia sekolah dasar di desa.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home