Loading...
DUNIA
Penulis: Bayu Probo 08:56 WIB | Selasa, 04 November 2014

Kekerasan di Yerusalem Belum Reda, Polisi Tangkap Warga

Seorang demonstran Palestina melempar ban yang terbakar dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Israel di pos pemeriksaan Qalandia antara Ramallah dan Yerusalem menyusul unjuk rasa dari pendukung gerakan Hamas terhadap pembatasan kompleks masjid Al Aqsa pada 31 Oktober 2014. (Foto: AFP)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM – Polisi Israel menangkap sedikitnya 23 warga Palestina di Yerusalem timur semalam Senin (3/11), ujar pejabat Palestina, dalam aksi keras terbaru setelah aksi kekerasan selama berbulan-bulan di Kota Suci.

Namun seorang juru bicara kepolisian mengonfirmasi hanya empat orang, tanpa memperhitungkan orang yang kemungkinan sudah ditangkap oleh dinas keamanan lainnya.

Mereka yang ditangkap berasal dari Issawiya dan Wadi Joz—wilayah permukiman Arab di Yerusalem timur yang dianeksasi Israel—serta Kota Tua, kata Klub Tahanan Palestina (Palestinian Prisoners Club) dalam sebuah pernyataan.

Pada Kamis, polisi menembak mati seorang yang diduga melakukan percobaan pembunuhan rabi Yahudi sayap kanan, memicu bentrokan selama sehari antara warga Palestina dengan aparat keamanan yang merespons dengan tembakan gas air mata dan peluru karet.

Penahanan terbaru itu muncul atas penahanan sekitar 111 warga Palestina sejak 22 Oktober akibat kerusuhan di Yerusalem, menurut data polisi.

Polisi memperketat keamanan di sekitar Yerusalem timur, dan pada Senin di wilayah permukiman Issawiya dan Silwan yang bergejolak, jalan-jalan di barikade dengan pos pemeriksaan sementara, ujar aktivis setempat.

Abbas Bela Terduga Pembunuh

Presiden Palestina Mahmud Abbas memicu kemarahan para pemimpin Israel karena menyebut pelaku percobaan pembunuhan seorang rabi Yahudi sayap kanan sebagai “martir” dan tentara yang membunuhnya sebagai “geng teroris”.

Abbas pada Minggu mengirimkan surat duka kepala keluarga Muataz Hijazi (32) yang tewas dibunuh polisi Israel yang kabarnya dia berupaya membunuh Yehuda Glick.

Glick asal Amerika Serikat, yang terluka parah dalam serangan penembakan itu, merupakan rabi ultranasionalis yang menuntut penganut Yahudi diperbolehkan berdoa di kompleks masjid Al Aqsa Yerusalem Timur memicu kemarahan umat Muslim.

Kompleks itu – yang disebut penganut Yahudi sebagai Bukit Bait Allah – merupakan tempat suci ketiga bagi Muslim dan juga dianggap tempat suci dalam ajaran Yahudi sebagai kuil pertama dan kedua.

Dalam suratnya, Abbas menyampaikan “kemarahan dan kecamannya setelah kabar pembunuhan keji oleh geng teroris tentara kriminal Israel atas Muataz Ibrahim Khalil Hijazi, yang tewas sebagai martir membela hak-hak rakyat dan tempat suci kami.”

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam sebuah pernyataan yang diumumkan pada Minggu malam, mengecam komentar pemimpin Palestina tersebut.

“Meskipun kami berupaya menenangkan situasi tersebut, Abu Mazen (Abbas) mengirimkan simpatinya atas kematian seorang pria yang berupaya melakukan tindakan biadab,” kata Netanyahu.

Buka Perbatasan Gaza

Israel akan membuka kembali dua penyeberangan perbatasan dengan Gaza bahwa mereka telah perintahkan tutup selama akhir pekan, kata juru bicara tentara Senin.

"Pintu penyeberangan Erez dan Kerem Shalom akan dibuka seperti biasa Selasa pagi," kata juru bicara itu kepada AFP, tanpa memberikan perincian.

Kedua penyeberangan telah diperintahkan ditutup setelah sebuah roket ditembakkan dari Gaza melanda wilayah Israel pada Jumat, tanpa menimbulkan korban atau kerusakan.

Roket adalah yang pertama menghantam tanah Israel sejak 16 September dan kedua sejak akhir perang dahsyat 50 hari negara Yahudi di Gaza.

Sebuah gencatan senjata disepakati antara Israel dan penguasa Hamas di Gaza mulai berlaku pada 26 Agustus, mengakhiri konflik yang diklaim 2.140 orang Palestina tewas dan 73 di sisi Israel, sebagian besar dari mereka adalah tentara.

Kedua belah pihak diharapkan untuk melanjutkan pembicaraan segera di Kairo sebagai bagian dari upaya untuk menjaga gencatan senjata di tetap berlaku. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home