Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 19:43 WIB | Rabu, 28 Januari 2015

Kemenperin: Daya Saing Industri Lemah, Sering Pilek

"Daya saing kita lemah kayak anak kecil yang disuruh lomba lari, kata orangtuanya sih sudah kuat, tetapi begitu kehujanan sedikit dia langsung pilek."
Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat (kiri) dan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Dirjen BIM Kemenperind) Ir. Harjanto, M.Eng (kanan). (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Dirjen BIM Kemenperind) Ir. Harjanto, M.Eng menyebut daya saing industri Indonesia sepanjang 2014 lemah dan sering sakit-sakitan.

“Ibaratnya begini deh, daya saing kita (Industri di Indonesia) lemah kayak anak kecil yang disuruh lomba lari kata orangtuanya sih sudah kuat, anak itu setiap hari dikasih makan dan minuman bergizi, tetapi begitu kehujanan sedikit dia langsung pilek, ini kan tidak ada petarung, ibaratnya industri kita kena terpaan sedikit langsung ambruk,” kata Harjanto pada Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) No.79 Tahun 2014 dan Sinergitas Kebutuhan Energi untuk Industri Nasional, di  Ruang Garuda, Gedung Kementerian Perindustrian, Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (28/1).

Harjanto menjelaskan lemahnya daya saing Indonesia  terlihat  dari tabel Global Competitiveness Report yang dikeluarkan Kementerian Perindustrian pada 2014-2015 mencatat Indonesia masih berada di peringkat kesembilan dari 13 negara yang dilihat pertumbuhan angka industrinya yakni dari 38 persen menurun ke 34 persen. Singapura bercokol di peringkat pertama.

Harjanto mengatakan, untuk menjadi negara industri, pertumbuhan industri suatu negara harus lebih besar 20-30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi negara itu sendiri.

Dalam hal ini, lanjut Harjanto, jika target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,7 persen, tentunya pertumbuhan industri harus didorong hingga mencapai 7-10 persen.

Harjanto menambahkan, kontribusi terbesar pada pembentukan PDB nasional diberikan oleh sektor Industri Pengolahan sebesar 23,38 persen, di mana industri non migas memberikan kontribusi sebesar 20,58 persen pada triwulan III tahun 2014.

"Dengan pertumbuhan industri 7 persen, pemerintah bisa menyerap 2 juta tenaga kerja baru. Memang idealnya, pertumbuhan industri nasional harus mencapai 10 persen," Harjanto mengakhiri penjelasannya.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home