Loading...
DUNIA
Penulis: Bayu Probo 17:30 WIB | Kamis, 10 Oktober 2013

Kisah dari wilayah Palestina yang Dijajah

Raba Fanoun dari desa Nahhalin dekat Betlehem memperlihatkan pohon-pohon zaitun yang dihancurkan pemukim Israel. (Foto: Merita Saajos)

BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM – Jenny Derbyshire, relawan di Bethlehem untuk World Council of Churches Program  for Ecumenical Accompaniment Programme in Palestine and Israel (EAPPI), adalah bagian tim yang mengunjungi Brussels baru-baru ini (9/10). Ia membawa cerita ringan dari orang Palestina yang tinggal di bawah pendudukan. Derbyshire, dari Irlandia, menggunakan laporan pandangan matanya dari wilayah yang diduduki itu untuk mendesak Uni Eropa mendukung solusi dua negara demi perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.

Kisah yang Dituturkan Jenny

Pada Maret tahun ini, Raba Fanoun, dari desa Nahhalin dekat Betlehem, menemukan bahwa pemukim datang ke tanahnya pada malam hari dengan kapak dan menghancurkan 80 pohon zaitun matang yang ditanam ayahnya tiga puluh tahun lalu. Hampir setengah jumlah total pohon zaitun matang. Mata pencaharian keluarga besarnya tergantung pada kebun zaitun itu. Hari itu juga, relawan EAPPI Bethlehem mengunjungi Fanoun, untuk melaporkan perusakan ini.

“Ketika Anda menanam bunga kecil di rumah Anda,” kata Fanoun, “bayangkan bagaimana perasaan Anda ketika tanaman Anda mati. Dan, pikirkan tentang pohon-pohon yang telah kami rawat selama 30 tahun”

“Ini adalah serangan besar pada kehidupan Anda,” kata Jenny. “Ini bukan hanya mata pencaharian kami, itu hidup kami,” jawabnya.

Selama tiga bulan di Bethlehem, saya sering berada di desa ini, yang berada di bawah ancaman konstan dari pemukiman di puncak bukit di sekitarnya, termasuk pemukiman besar dekat Beitar Illit. Pada April ini, kami terpanggil untuk menyaksikan dan melaporkan perintah militer di lahan-lahan pertanian desa. Mereka menyita lahan daerah lain lahan untuk perluasan zona keamanan di sekitar Beitar Illit.

“Ketika Anda pulang, beri tahukanlah orang-orang di negara Anda,” walikota mendesak kami, “katakan kepada mereka apa yang terjadi di sini. Ini adalah yang lahan pertanian terakhir dari desa kami. Mereka ingin kami pergi. Mereka berusaha mengusir kami.”

Sebagai bagian dari pertemuan perwakilan EAPPI dengan pejabat Uni Eropa pada September tahun ini, saya bisa menceritakan kisah-kisah dari Nahhalin kepada anggota Parlemen Eropa (MEP), perwakilan permanen, pejabat dari External Action Service dan kabinet komisaris untuk penelitian. Kami menunjukkan mereka foto dari kegiatan pembangunan yang kami lihat terjadi di Beitar Illit, tepat di atas lahan pertanian Palestina. Usaha tersebut mengarah pada perluasan zona keamanan, dan sistem pembuangan limbah pemukiman mencemari lahan pertanian dan pasokan air orang Palestina.

Saya juga mampu menunjukkan foto Fanoun dengan pohon-pohon zaitun yang hancur dan menggambarkan dampak pemukiman Israel pada masyarakat setempat. Kami mengatakan kepada anggota parlemen hal-hal yang dibagikan Fanoun dan walikota dengan kami.

Kami juga membawa kepada mereka kata-kata petani lain dari Nahhalin: “Apa yang mereka sebut di Area C sebenarnya masa depan Palestina.” Yang dibagikan kebanyakan orang di wilayah pendudukan adalah “situasi sudah sangat mendesak, solusi dua negara adalah kesempatan untuk sukses”.

Dalam kunjungan ke Brussels saya bekerja sebagai tim dengan dua mantan Ecumenical Accompaniers: Jonathan Adams dari Inggris dan Dominika Blachnika dari Polandia adalah relawan  EAPPI di Yerusalem Timur pada 2012, saya berada di Betlehem tahun ini dan di Yerusalem Timur pada 2012. Jadi kami juga menggambarkan dampak dari perkembangan di daerah E1 luar Yerusalem pada kehidupan orang-orang Bedouin yang kita temui di sana.

Masalah ini sekarang ini dikenal sebagai isu politik, tetapi cerita dari orang-orang yang tinggal di sana dan dampak dari hilangnya tanah, air, dan akses ke Yerusalem menunjukkan tingkat pemindahan dan kekurangan. Kami menghubungkan ini dengan cerita-cerita dari desa Betlehem, tempat rakyat Palestina juga terancam oleh pemindahan paksa. Lahan pertanian mereka menghilang karena pembangunan pemukiman, diklaim oleh rute tembok pemisah, dan berkali-kali mendapat serangan dari pemukim.

Kami berbagi  yang telah kami lihat dan meneruskan kata-kata orang Palestina yang kami harus tahu selama kami tinggal; kami berbagi peta dan foto; kami berbagi statistik. Kami mengingatkan politikus bahwa di bawah hukum humaniter internasional, yang dijunjung tinggi Uni Eropa, Palestina memiliki status dilindungi dan pemukiman adalah ilegal. Para pejabat Uni Eropa baru-baru ini telah mengambil langkah-langkah melalui penerbitan pedoman Uni Eropa pada hibah dan pinjaman ke pemukiman. Kami berharap bahwa kesaksian kami akan mendorong mereka untuk terus ke arah ini dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk penyelesaian konflik Palestina Israel.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home