Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 16:23 WIB | Sabtu, 03 September 2016

KJRI Davao: Tak Ada Korban WNI Pada Ledakan di Filipina

Pemerintah Indonesia menyampaikan duka cita kepada Pemerintah Filipina dan belansungkawa yang mendalam kepada keluarga korban.
Kepolisian setempat masih menyelidiki penyebab ledakan. (Foto: Dok. bbc.com)

DAVAO CITY, SATUHARAPAN.COM - Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Davao City, Republik Filipina melaporkan hingga saat ini tidak ada  warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam peristiwa ledakan yang diduga berasal dari Improvised Explosive Device (IED) di  Pusat Perbelanjaan Souvenir Aldevinco atau di dekat Kampus Ateneo de Davao University di Davao City, pada hari Jumat (2/9).

Namun KJRI terus melakukan koordinasi dengan otoritas setempat untuk mendapatkan informasi lainnya sehubungan keselamatan WNI.  Pihak keamanan di Filipina  juga masih melakukan investigasi sehubungan dengan dugaan ledakan bom tersebut.

Sementara itu dalam siara pers Kementerian Luar Negeri Indonesia, pada hari Sabtu (3/9), Pemerintah Indonesia menyampaikan duka cita  kepada Pemerintah Filipina dan belansungkawa yang mendalam kepada keluarga korban.

Sementara itu KJRI Davao telah melakukan komunikasi dengan simpul masyarakat di Davao serta  meminta WNI untuk menjaga keselamatan diri dan menghindari pusat-pusar keramaian yang dapat menjadi target teror.

Berdasarkan data Kementrian Luar Negeri jumlah WNI diseluruh Filipina saat ini adalah 7.183 sementara itu diwilayah kerja KJRI Davao (Filipina bagian Selatan) 2.183. Hotline KJRI yang dapat dihubungi adalah (+63-82) 299 2930.

12 Orang Tewas

Seperti dilaporkan bbc.com, hari Sabtu (3/9) pagi, sedikitnya 12 orang tewas dalam serangan bom di Kota Davao, yang merupakan kota asal Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Selain korban tewas, sebanyak 60 orang menderita cedera akibat ledakan di sebuah pasar yang padat pengunjung itu. Lokasi ledakan berada di luar Hotel Marco Polo, di kawasan yang sering dikunjungi Duterte yang saat itu berada di Davao. Namun, dia tidak mengalami cedera.

Juru bicara kepresidenan mengatakan para penyelidik menemukan serpihan dari bom rakitan berbahan mortir di lokasi ledakan.

Bom meledak di tengah pasar yang padat pengunjung. (Foto: bbc.com)

Beragam foto yang dilansir media setempat menunjukkan pecahan kaca dan kursi-kursi plastik berserakan di lokasi ledakan, yang saat ini ditutup untuk kepentingan penyelidikan.

Wakil Wali Kota Davao yang merupakan putra tertua presiden, Paolo Duterte, mengeluarkan pernyataan di media sosial bahwa terlalu dini untuk menentukan siapa yang mendalangi seranga itu. Dia mengatakan “aparat tengah menangani insiden ini”.

Kepala kepolisian daerah Davao, Manuel Guerlan, mengatakan beberapa pos pemeriksaan telah ditempatkan di jalur ke luar kota.

“Sebuah penyelidikan menyeluruh tengah dilaksanakan untuk menetukan penyebab ledakan. Kami menyeru kepada semua orang untuk tetap waspada,” kata Guerlan.

Kewaspadaan di kawasan Filipina selatan ditingkatkan selama beberapa pekan terakhir sehubungan dengan aksi militer terhadap kelompok milisi Abu Sayyaf.

Pada hari Senin (29/8), sedikitnya 12 serdadu Filipina tewas dalam pertempuran sengit melawan kelompok milisi. Hari itu dicatat sebagai hari paling mematikan bagi militer Filipina sejak Presiden Duterte terpilih pada Mei 2016.

Masa kepemimpinan Duterte sendiri diwarnai peningkatan pembunuhan terkait narkoba. Tercatat sebanyak 2.000 orang tewas sejak dia memimpin Filipina. Nyaris setengah dari jumlah kematian itu timbul dalam operasi kepolisian.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home