Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 07:14 WIB | Sabtu, 26 Desember 2015

Komandan Kelompok Sektarian Jaysh al Islam Suriah Tewas

Zahran Alloush komandan Jays al Islam ketika berbicara kepada pengikutnya. Ia tewas dalam serangan militer Rusia (Foto: al-monitor.com)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Komandan Jaysh al Islam, salah satu kelompok pemberontak Suriah paling kuat di pinggiran ibukota Suriah, Damaskus, tewas pada hari Jumat (25/12)  dalam serangan udara, menurut pemerintah dan lawan-lawannya.

Laporan New York Times mengatakan, kematian komandan bernama Zahran Alloush itu, merupakan pukulan signifikan terhadap oposisi bersenjata, dab sebaliknya memperkuat posisi Presiden Bashar al-Assad menjelang babak baru pembicaraan damai antara pemerintah Suriah dengan kelompok-kelompok oposisi.

Alloush memimpin Jaysh al Islam, kelompok yang baru-baru ini setuju untuk berpartisipasi dalam proses politik untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung lima tahun. Jays al Islam dianggap oleh pemerintah Suriah dan sekutunya paling kuat, Rusia, sebagai kelompok teroris sektarian yang sedikit berbeda dari kelompok-kelompok ekstremis lainnya dan lebih mirip seperti ISIS.

Tokoh oposisi lokal di Damaskus mengatakan serangan udara itu dilakukan oleh pesawat-pesawat tempur Rusia, tetapi informasi itu belum dikonfirmasi oleh pejabat Rusia atau Suriah.

Analis mengatakan serangan itu sesuai dengan upaya lama  pemerintah Suriah dan sekutunya untuk menghilangkan kelompok yang mengaku menempati jalan tengah antara  Assad dan ISIS. Upaya ini merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas untuk meningkatkan posisi  Assad di hadapan pemerintah Barat, yang membencinya, tetapi juga melihat ancaman ISIS yang meningkat.

Jays al Islam mengirim anggotanya ke Riyadh, Arab Saudi, bulan ini untuk ikut dalam pembicaraan antara kelompok oposisi yang bertujuan memilih wakil-wakil untuk putaran ketiga pembicaraan perdamaian internasional, yang dijadwalkan berlangsung awal 2016.

Alloush dan faksinya belum diterima secara universal dalam oposisi Suriah - mereka secara luas disalahkan atas hilangnya empat aktivis oposisi sekuler dari pinggiran Damaskus Douma. Tapi tidak seperti kelompok bersenjata keras lainnya, Jays al Islam telah menunjukkan minat baru dalam mengambil bagian dalam proses politik, kata Ibrahim Hamidi, seorang koresponden Suriah untuk Al Hayat, koran pan-Arab.

Hamidi, yang menentang pemerintah Suriah, mengatakan bahwa dengan berhasil menewaskan  Alloush, Assad dan sekutu Rusia-nya telah menunjukkan keinginan mereka untuk mengejar solusi militer. "Ini adalah penolakan terhadap pembicaraan Riyadh," katanya.

Jays al Islam menguasai sebagian besar datarab timur kota Damaskus yang dikenal sebagai  Ghouta Timur, daerah yang telah di bawah blokade dan pemboman oleh pasukan pemerintah selama lebih dari empat tahun.

Pendukung pemerintah menyambut kematian Mr. Alloush, menyalahkan dia untuk penembakan periodik daerah sipil di Damaskus. Lawan pemerintah mengatakan ia telah berperan dalam menahan kelompok-kelompok ekstremis lebih dari melepaskan serangan buruk di kota.

Jays al Islam yang selama ini dianggap sebagai pesaing ISIS, menjadi lemah karena sangat bertumpu pada tokoh kharismatik tunggal, yang telah terbunuh itu.

"Hari besar untuk pendukung ISIS dan rezim Assad," Hassan Hassan, seorang penulis buku tentang ISIS lewat akun twitternya. Menurut dia, Alloush dan kelompoknya selama ini adalah yang paling awal menentang ISIS dan selnya.

Pada saat yang sama, Alloush juga memiliki musuh di antara sesama penentang pemerintah. Beberapa pemberontak telah lama menuduh dia membuat penawaran yang menguntungkan dengan pemerintah atau penimbunan senjata yang dipasok Saudi ketimbang menggunakannya untuk membantu pemberontak di daerah lain di sekitar Damaskus.

Alloush, seorang Muslim Sunni yang  konservatif, memiliki sejarah membuat pernyataan sektarian. Tapi setelah bertemu dengan para pejabat AS baru-baru ini, ia melunak.

Dalam wawancara dengan kantor berita McClatchy ia mengecam aturan sektarian atau partisan dari Suriah, dan mengatakan ia percaya bahwa negara harus diatur oleh lembaga "teknokratik, profesional."

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home