Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 08:37 WIB | Kamis, 13 November 2014

Komedian Ge Pamungkas: Opini Senjata Terbesar Manusia

Ge Pamungkas mengacungkan kedua jempol tangannya saat ditemui satuharapan.com di Duren Tiga, Jakarta Selatan pada Rabu (12/11). Ge merupakan comic yang dikenal setelah menjuarai Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV season kedua pada tahun 2012. Ge dikenal dengan kemampuan act out nya saat membawakan materi Stand Up di panggung, dan mampu menirukan berbagai macam suara dengan berbagai ekspresi, sehingga beberapa orang memberinya julukan comic 1000 suara. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Comic atau pelawak tunggal Ge Pamungkas berpendapat, opini sebagai senjata terbesar manusia dapat disalurkan melalui stand up comedy atau komedi tunggal dengan cara yang santai.

 “Karena senjata terbesar manusia adalah opininya. Saya sangat benci jika opini saya dikekang, tetapi melalui jalur komedi ini opini saya bisa tersalurkan ke publik, mulai dari opini tentang hal-hal yang mendasar hingga ke ranah politik atau agama,” ujar Ge kepada satuharapan.com di Duren Tiga, Mampang, Jakarta Selatan pada Rabu (12/11).

Ge yang telah hampir tiga tahun melenggang di panggung hiburan bergenre komedi mengaku sempat pesimis dengan masa depan stand up comedy di Indonesia. Menurutnya, karakter masyarakat Indonesia cepat bosan. Bahkan Ge dan teman-teman sejawatnya mengira kecintaan masyarakat terhadap stand up comedy tidak akan berlangsung lama, paling lama selama setahun. “Tapi ini sudah bertahun-tahun dan comic di Indonesia justru semakin berkembang, bagus lah,” kata Ge.

Stand up comedy sebagai alternatif hiburan yang dinilai dapat mengedukasi masyarakat melalui humor-humor ‘pintar’ diakui Ge membutuhkan kecerdasan  untuk melakukannya.

“Humor ini membutuhkan kecerdasan, tidak mudah mengeluarkan humor. Terkait humor-humor di koridor lain yang tidak mengedukasi  ya kami anggap seperti makanan saja. Ada orang  yang suka daging, ada yang suka sayur. Kami stand up comedy menawarkan sesuatu yang berbeda. Humor yang mengedukasi,” Ge menjelaskan.

Menurut Ge, setiap comic butuh latihan khusus sebelum naik panggung, seperti baca buku. Akan tetapi, latihan sebenarnya adalah pengalaman. Semakin tinggi intensitas comic melenggang di panggung, semakin banyak pengalaman yang didapat.

Kini, kata Ge, banyak comic-comic baru muncul di panggung stand up comedy dengan kualitas yang lebih bagus.

 “Banyak muncul comic baru yang lebih lucu, lebih ambisius, lebih menarik dan mereka  juga belajar. Itulah yang membuat saya harus mengejar. Komunitas pun semakin puas dan semakin haus. Dari materi, comic tidak pernah kehabisan bahan lawakan,” ujarnya.

Sementara itu, Ge Pamungkas berharap kesuksesan para comic dapat mendorong penonton dan penikmatnya untuk turut berpikiran terbuka.

 “Komedi ini sifatnya tanpa batas, kita bisa membawanya di mana saja. Semoga kesuksesan para comic bisa mendidik para penontonnya untuk  berpikiran terbuka dan semkain banyak materi yang terpapar-papar,” Ge memungkasi.

 

Stand up Comedy secara Definitif

Stand up comedy dilansir dari laman wikipedia.org ialah lawakan tunggal atau komedi tunggal yang menjadi salah satu genre komedi. Orang yang membawakan stand up comedy disebut dengan comic. Comic membawakan lawakannya di atas panggung seorang diri, biasanya di depan pemirsa langsung dengan cara bermonolog mengenai sesuatu topik. Lawakan para comic biasanya direkam kemudian dijual melalui kepingan DVD, internet, atau tayangan di televisi.

Komedi tunggal biasanya dilakukan oleh satu orang (ada juga yang berbentuk grup), membawakan materi yang original atau dibuat sendiri (ada juga yang membawakan lawakan umum), dan biasanya dilakukan di kafe-kafe.

 

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home