Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 05:29 WIB | Selasa, 27 Desember 2016

Kongo: Serangan Milisi ADF Bunuh 35 Orang

Operasi militer Kongo setelah pembantaian di Provinsi Kivu Utara yang mayoritas penduduknya Kristen, pada akhir pekan Natal 2016. (Foto:Ist)

KONGO, SATUHARAPAN.COM – Serangan oleh milisi terjadi di desa-desa yang menewaskan sedikitnya 35 orang dalam akhir pekan Natal di Provinsi Kivu Utara, daerah mayoritas berpenduduk Kristen di Republik Demokratik Kongo.

Pertumpahan darah dimulai di Eringeti, kota yang berada 55 kilometer di utara dari pusat regional Beni, menurut laporan AFP. Selama dua tahun terakhir kota itu dirundung pembantaian yang membunuh ratusan orang.

Kivu adalah daerah yang kaya sumber daya alam, terutama mineral, seperti emas, coltan dan kasiterit yang diperlukan oleh industri telekomunikasi.  Wilayah Kivu Utara dan Selatan juga memiliki kaya sumber daya pertanian dan kehutanan.

North Kivu adalah salah satu daerah yang paling padat penduduknya di Kongo. Dua provinsi itu menderita konflik, karena dekat perbatasan dengan negara tetangga yang tidak stabil, yaitu  Burundi, Rwanda dan Uganda, dan Tanzania.

Kelompok pemberontak, Sekutu Pasukan Demokratik (ADF) yang didominasi oleh kelompok puritan Muslim Uganda, membunuh 22 orang setelah menyerbu Eringeti pada hari Sabtu, kata pejabat daerah di Amisi Kalonda.

Korban tewas menjadi 35 pada hari Senin, setelah diumumkan bahwa setidaknya 13 warga suku Hutu, sebagian besar perempuan dan seorang anak perempuan berusia delapan tahun, tewas pada hari Minggu oleh milisi dari kelompok etnis Nande.

"Para korban semuanya dari etnis Hutu. Ada seorang gadis delapan tahun, ayah dan sisanya adalah perempuan," kata pejabat setempat, Alphonse Mahano.  Mereka tewas di sekitar desa Nyanzale, komunitas mayoritas Hutu.

Nande dan beberapa kelompok etnis lainnya menganggap Hutu sebagai orang luar, karena keterikatan mereka pada mayoritas kelompok etnis di negara tetangga, Rwanda.

Serangkaian serangan dalam satu tahun terakhir oleh pasukan milisi Hutu dan Nande telah memperdalam kebencian di antara warga kedua etnis.

Para petani Hutu juga terpaksa meninggalkan tanah mereka, pergi lebih jauh ke selatan, karena biaya properti tinggi dan di bawah tekanan dari pemilik tanah besar.

Meskipun pejabat Kongo menyalahkan serangan pada ADF, beberapa laporan ahli telah menyebutkan bahwa kelompok-kelompok lain, termasuk elemen-elemen dalam militer Kongo, mengambil bagian dalam beberapa pembunuhan.

Lebih dari dua tahun, pemerintah Kongo dan PBB tidak mampu melindungi warga sipil dari serangan pemberontak ADF dan pemerintah menyebut mereka terkait dengan kelompok jihad untuk pembunuhan.

Hubungan dengan masyarakat internasional memburuk di Kongo, terkait penolakan Presiden Joseph Kabila dan tuntutan agar di mundur, meskipun akhir masa jabatannya sebenarnya pada20 Desember.

Secara terpisah, Angkatan Bersenjata Kongo (FARDC) mengumumkan pada hari Senin (26/12) bahwa pasukannya telah membunuh 10 tentara dari negara tetangga, Burundi, setelah mereka menyeberangi perbatasan pekan lalu dalam mengejar pemberontak.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home