Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:09 WIB | Rabu, 11 November 2015

Konsumsi Energi Dunia Melonjak dalam 25 Tahun

Ilustrasi sebuah pabrik petro-industri tercermin dalam cermin lalu lintas di Kawasaki dekat Tokyo. (Foto: ndtv.com/Reuters)

PARIS, SATUHARAPAN.COM – “Penggunaan energi global diperkirakan tumbuh sebesar sepertiga dalam 25 tahun ke depan, sebagian besar didorong oleh negara-negara berkembang, “ kata Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) pada Selasa (10/11).

Konsumsi energi di negara maju diprediksi akan turun pada periode yang sama, kata IEA dalam laporan World Energy Outlook tahunannya.

Pendorong utama peningkatan konsumsi energi adalah India, Tiongkok, Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara, menurut laporan tersebut.

Namun, penggunaan energi diperkirakan anjlok 15 persen pada 2040 di Uni Eropa, 12 persen di Jepang dan tiga persen di Amerika Serikat karena peningkatan efisiensi energi, penghematan energi dan tren demografi.

“Penggunaan bahan bakar rendah karbon dan teknologi terus meningkat, dan angka bahan bakar nonfosil secara keseluruhan diprediksi akan melambung menjadi 25 persen hingga 2040 dari 19 pada saat ini,” kata IEA yang berbasis di Paris itu.

Tren tersebut mengonfirmasikan apa yang disebut IEA sebagai petunjuk meyakinkan pertumbuhan ekonomi tidak lagi diartikan sebagai peningkatan emisi CO2.

“Menjelang COP21, banyak negara yang berjanji untuk mendukung gerakan mewujudkan sistem energi rendah karbon, dan lebih hemat, tapi hal tersebut belum mengubah gambaran mengenai meningkatnya kebutuhan energi global ,” kata IEA.

COP21 adalah konferensi tingkat tinggi perubahan iklim PBB, yang akan digelar di Paris pada akhir bulan ini.

Konferensi tersebut bertujuan menghasilkan pakta penyelamatan iklim.

“Di antara bahan-bakar fosil yaitu gas alam, yang memiliki kadar karbon padat sedikit merupakan satu-satunyayang akan melonjak, “ kata IEA.

“ Menggantikan bahan bakar dengan kadar karbon lebih padat, atau membantu integrasi energi terbarukan, gas alam sangat cocok untuk sistem energi yang secara bertahap mengurangi karbonasi,”  kata IEA.

Seiring dengan melonjaknya permintaan minyak, harga minyak diperkirakan akan pulih secara bertahap hingga 80 dolar per barel (sekitar Rp1,08 juta) pada 2020 kata IEA.(AFP/Ant)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home