Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 12:14 WIB | Selasa, 29 September 2015

Krisis Suriah Jadi Fokus Debat Umum Sidang PBB

Seorang pria sedang berupaya melewati perbatasan Hongaria bersama dengan balita. (Foto: Dok. satuharapan.com/middleeasyeye.net)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM -  Krisis Suriah menjadi fokus utama dalam sidang Majelis Umum PBB, sesi ke-70, khususnya seperti yang ditunjukkan oleh negara-negara kuat seperti  Amerika Serikat dan Rusia.

Dalam pidatonya pada debat umum majelis Umum PBB di New York, hari Senin (28/9), dalam pidatonya  Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menekankan bahwa diplomasi di Suriah diperlukan untuk menemukan jalan ke depan negara itu. Namun dia menekankan hal itu tanpa presiden Suriah sekarang, Bashar Al-Assad. Obama bahkan menunjuk dia  sebagai seorang tiran.

Sementara itu, Presiden Rusia,  Vladimir Putin mengatakan bahwa masyarakat internasional harus memberikan bantuan secara komprehensif untuk pemerintah yang sah di Suriah. Ini merujuk pada Bashar Al-Assad, damn terutama dikaitkan dalam memberantas terorisme.

Suriahmengalami perang saudara yang mengerikan selama lebih dari empat tahun, yang  telah merenggut nyawa lebih dari 240.000 orang. Lebih dari empat juta rakyat Suriah harus meninggalkan negara mereka yang bergelimpangan kematian. Dan total sekitar 7,6 juta rakyat Suriah menjadi pengungsi di negaranya sendiri dan di negara lain.

Perang saudara itu dimulai pada tahun 2011 ketika para penentang rezim Al-Assad mulai menggelar memprotes terhadap  pemerintah yang direspons dengan menindak mereka yang berbeda pendapat.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. (foto-foto: un.org)

 

AS Tolak Al-Assad

Dalam pidatonya, Obama mengecam pihak yang mendukung rezim Suriah, khususnya Rusia. Juga belum menyatakan kesediaan AS untuk duduk bersama Rusia dan Iran (yang juga menjadi pendukung penting rezim Suriah) untuk menyelesaikan krisis tersebut.

Rusia dan Iran secara luas dikenal karena pengaruh kedua negara itu di Suriah dan untuk menjadi pendukung utama rezim Al-Assad. Belakangan, bahkan, Rusia mengirim bantuan peralatan milietr untuk Suriah, termasuk pesawat tempur.

Presiden Bashar Al-Assad sendiri telah beberapa kali menyatakan dukungan dan bantuan dari Irak dalam menghadapi krisis di negaranya, termasuk bantuan persenjataan yang dinilainya sangat penting.

Dalam pandangan AS, diperlukan situasi baru untuk transisi politik yang keberhasilannya juga ditentukan upaya menjauhkan Al-Assad dan membentuk pemimpin baru dalam pemerintah yang inklusif. Obama menekankan tidak ada cara dengan kembali  pada status quo sebelum perang saudara.

sementara Presiden Prancis, Francois Hollande,mengatakan bahwa solusi untuk Suriah diperlukan, dan tidak ada ruang untuk Presiden Bashar Al-Assad dalam proses transisi politik.

Presiden Rusia, Vladimir Putin.

 

 

Rusia Dukung Al-Assad

 Berseberangan dengan AS, Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam pidato di Majelis Umum justru menekankan peranan Al-Assad.  "Adalah kesalahan besar tidak bekerja sama dengan pemerintah Suriah untuk mengatasi masalah teroris," kata dia.

Putin sebaliknya justru akan membawa Rusia untuk mengusulkan resolusi di Dewan Keamanan PBB dengan membentuk koalisi anti-teroris yang luas untuk mengkoordinasikan semua kekuatan yang melawan ancaman kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS).

"Kita harus mengakui  bahwa tidak ada satu pun angkatan bersenjata, kecuali  (pasukan) Presiden Al- Assad dan milisi (Kurdi) yang benar-benar melawan Negara Islam (Irak dan Suriah) dan organisasi teroris lainnya di Suriah," kata Putin.

Putin menekankan agar masyarakat internasional membantu  Suriah memerangi NIIS dengan mengembalikan kehidupan kenegaraan, penguatan lembaga pemerintah, dan memberikan bantuan yang diperlukan.

Putin balik mengritik pada negara-negara yang mengkritik Rusia yang memiliki ambisi  sebagai menggunakan "dalih untuk ambisinya seakan-akan  mereka yang mengatakan itu tidak memiliki ambisi sama sekali."

Presiden Iran, Hassan Raouhani.

 

 

Sikap Iran

Sementara itu, Presiden Iran, Hassan Rouhani, yang berpidato pada hari Senin (28/9) juga menyatakan  bersedia untuk membantu demokratisasi di Suriah. Namun tidak menyebutkan apakah proses untuk solusi itu akan melibatkan Al-Assad atau tidak.

Dan seperti diberitakan sebelumnya, Sekjen PBB, Ban Ki-moon, menyerukan pemimpin dunia untuk membawa krisis Suriah ini kepada Pengadilan Pidana Internasional.  Namun berkaitan dengan perlanggaran hak asasi manusia, terjadinya kejahatan perang, dan penggunaan senjata kimia dalam perang di Suriah, beberapa kali Ban menyerukan para pihak tidak akan lepas dari tanggung jawab. (un.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home