Laporan: Perbudakan di Pengungsi Suriah di Libanon
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Semakin banyak anak-anak yang keluarganya melarikan diri dari perang di Suriah pergi ke Libanon dipaksa bekerja untuk upah kecil atau bahkan tidak dibayar. Banyak dari mereka dalam kondisi berbahaya, kata pakar untuk melawan perbudakan, hari Selasa (12/4).
Sekitar satu juta warga Suriah melarikan diri ke Lebanon. Mereka menjadi sekitar 25 persen dari seluruh penduduk negara itu. Banyak dari pengungsi itu tidak memiliki hak hukum untuk bekerja. Keluarga juga terpaksa mencari cara lain untuk mendapatkan makanan, tempat tinggal dan kesehatan.
Sebagian pengusaha Lebanon lebih memilih mempekerjakan anak-anak, karena mereka lebih murah daripada orang dewasa, Freedom Fund, sebuah inisiatif internasional untuk memerangi perbudakan, mengatakan dalam laporannya.
Kerja Paksa
Orang dewasa juga digunakan sebagai kerja paksa dan rentan terhadap eksploitasi seksual, menurut laporan itu. Laporan didasarkan pada wawancara dengan pejabat setempat, pengungsi, badan-badan internasional dan LSM lokal.
"... Temuan kami menunjukkan bahwa (kerja paksa) menjadi semakin umum di kalangan pengungsi menjadi lebih putus asa. Menurut dua orang yang diwawancarai, kerja paksa sekarang begitu luas dan dianggap ‘umum'," kata laporan itu.
Salah satu LSM yang diwawancarai untuk laporan memperkirakan bahwa antara 60 dan 70 persen anak-anak pengungsi terpaksa bekerja.
Banyak yang bekerja dengan upah sedikit atau tidak ada upah, tetapi sebagai syarat untuk tinggal di permukiman tenda informal. Koordinator kamp tenda (disebut "shawish") akan meminta berbaris anak-anak untuk bekerja, umumnya di bidang pretanian untuk tuan pemilik kamp.
"Hal ini hampir tidak mungkin bagi orang tua menolak permintaan ini," kata laporan itu.
Bergantung Shawish
"Shawish" juga bisa menyewakan anak-anak untuk bekerja pada tetangganya, di restoran, toko-toko perbaikan mobil atau usaha lainnya. Mereka telah terkenal memaksa anak-anak untuk bekerja di kota-kota, menurut Dana Freedom.
Hampir semua anak-anak pengungsi di bagian timur Lembah Bekaa di negara yan dekat perbatasan dengan Suriah, yang bekerja di bidang pertanian. Banyak dari mereka yang terpapar pestisida berbahaya dan pupuk.
Di kota-kota dan desa-desa, mereka bekerja di jalanan, mengemis, menjual bunga atau kertas tisu, menyemir sepatu atau membersihkan kaca jendela mobil.
Mereka juga bekerja di pasar, pabrik, pabrik aluminium, toko, dalam pekerjaan konstruksi dan jasa pengiriman.
Perbudakan Manusia
Pada tahun 2013, Lebanon meluncurkan rencana aksi nasional penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, termasuk di antaranya bagi pengungsi Suriah pada tahun 2016.
Banyak organisasi di negara tersebut memberikan dukungan bagi pengungsi Suriah, tetapi upaya untuk mengekang perbudakan dan perdagangan manusia sering tidak terkoordinasi, terbatas pada fokus mereka dan tidak selalu menargetkan mereka yang paling berisiko, kata Freedom Fund.
"Tanpa intervensi yang signifikan dan bertekad, situasi akan memperburuk selama ratusan ribu pengungsi berisiko dieksploitasi secara ekstrim," kata CEO Freedom Fund, Nick Grono.
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...