Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Kartika Virgianti 14:23 WIB | Minggu, 17 November 2013

Lurah Susan Ingin Saluran Air Dibenahi dan Lampu di Taman

Lurah Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Susan Jasmine Zulkifli. (Foto: Kartika Virgianti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lurah Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Susan Jasmine Zulkifli minta saluran air di wilayahnya diturap dan taman di Lenteng Agung diberi lampu. Lurah Susan sudah beberapa kali meminta saluran airnya diturap tapi belum ada tanggapan. Selain itu, kondisi taman di Lenteng Agung gelap tidak ada lampu-lampunya, dia khawatir jika kondisi seperti ini terjadi terus menerus di taman tersebut, bisa menjadi tempat mesum.

“Waktu rapat korwil (koordinasi wilayah), PU bilang sudah diturap dan mereka tunjukkan foto, tapi saya bilang itu foto tahun berapa pak, saya tidak pernah lihat saluran di tempat saya bapak turap. Saya tidak pernah lihat got-got itu dibersihkan/diturap,” ujarnya usai acara Managing Our Nation dengan tema “Menyoal Perempuan dalam Pembangunan” yang bertempat di Kampus PPM Manajemen, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (15/11).

Terkait dengan pernyataan Jokowi bahwa lurah dan camat enggan mengecek langsung selokan-selokan di wilayahnya dari sampah yang sering menyumbat saluran air, Susan mengatakan kalau lurah pekerjaannya hanya duduk saja tidak akan tahu wilayahnya, maka dirinya harus turun langsung untuk melihat langsung ada masalah atau tidak, sampahnya sudah menumpuk atau belum.

“Tapi kita juga harus dibantu oleh Sudin PU Tata Air untuk diturap saluran air di Lenteng Agung,” tuturnya.

Memang dia akui Lenteng Agung merupakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dari seluruh wilayah kecamatan Jagakarsa, ada sebanyak enam kelurahan. “Kalau saya selalu saya lihat lingkungannya benar-benar,” ucap Lurah Susan.

“Pernah kejadian, waktu ada penggalian pipa gas yang menanam di sepanjang Jalan Depok, Lenteng Agung, Tanjung Barat, kesanaan lagi, setelah itu saya lihat gotnya malah tertutup, lalu saya kirim surat ke pihak Pertamina, dan langsung ditanggapi. Akhirnya Pertamina yang beresin saluran air kita, tapi hanya di sebelah kanan, kalau yang sebelah kiri masih tetap belum ditanggapi PU,” keluhnya.  

Dirinya bersyukur saat ini kelurahan yang dia pimpin belum mengalami banjir, tidak seperti di kelurahan Ulujami kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan yang kebetulan wilayahnya tidak jauh dari Lenteng Agung, namun mengalami kebanjiran sampai dua meter pada hujan beberapa hari lalu, sebagaimana dikatakan lurah Ulujami sendiri saat pertemuan lurah terkait masalah banjir.

“Kalau Jalan raya Lenteng Agung yang baru itu, tidak tergenang air, cuma kalau macet parah, itu karena jalurnya memang padat karena satu-satunya jalan dari Depok menuju Jakarta melewati daerah saya.”

Lurah Susan juga prihatin terhadap kondisi taman satu-satunya yang dimiliki Lenteng Agung. Di saat Jakarta masih kekurangan ruang terbuka hijau (RTH), taman yang ada justru dibiarkan tidak terawat dan fasilitas yang dibutuhkan warga tidak segera ditanggapi Sudin Pertamanan.

“Saya juga minta tolong ke Sudin Pertamanan, warga sebenarnya senang main di taman lenteng Agung tersebut, tapi kalau sudah malam kan gelap, makanya harus dipasangin lampu supaya tidak jadi tempat mesum. Kalau kelurahan melakukannya sendiri tidak bisa karena keterbatasan alat di kantor, tidak ada alat buat naik-naik,” ucapnya prihatin.

Terkait soal denda langsung orang buang sampah yang akan segera diterapkan Pemprov DKI, Luras Susan mengatakan sudah mensosialisasikan kepada warga dan pihaknya juga sudah memasang spanduk-spanduk di beberapa titik. Bagaimanapun juga, dia menyerahkan sepenuhnya pengawasan kebijakan tersebut kepada RT/RW setempat, karena lurah tidak mungkin mengawasi secara langsung satu per satu warga, dan banyak pekerjaan lain dirinya sebagai kepala administrasi.

Oleh karena itu diperlukan kesadaran diri warga juga menurut dia. “Tugas saya hanya sebagai kepala administrasi, jadi semua keluhan warga, tumpahnya ke saya, dan ke depannya saya yang sinergikan lagi kepada dinas-dinas terkait.” tandas dia.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home