Loading...
RELIGI
Penulis: Ignatius Dwiana 07:42 WIB | Selasa, 26 November 2013

M. C. Ricklefs: Islamisasi Jawa, Warisan Soeharto

Sejarawan M. C. Ricklefs. (Foto Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Era reformasi sekarang merupakan warisan orde Soeharto, terutama yang berkaitan dengan proses islamisasi Jawa. Akibatnya, perubahan masyarakat terjadi lebih dalam. Dan, itu berpengaruh pada hubungan antarinstitusi. Hal ini menurut penulis buku 'Mengislamkan Jawa' M. C. Ricklefs mengakibatkan islamisasi terjadi lebih dalam.

“Baru pada era Soeharto untuk pertama kali ada suatu pemerintahan yang ingin mengarahkan agama dan pertama kali mempunyai kemampuan untuk mengendalikan itu semuanya. Untuk pertama kali ada suatu negara yang ingin mengendalikan apa yang ingin dipercayai semua  orang. Hasilnya adalah satu agenda islamisasi yang mengesankan,” kata M. C. Ricklefs dalam peluncuran dan diskusi buku karyanya, Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 Sampai Sekarang di Jakarta pada Senin (25/11).

Sistem pembiayaan, yayasan, dan masjid banyak sekali didirikan di era Soeharto. Sementara di era Soekarno hal seperti ini tidak tercipta. Islamisasi yang berkembang di era Soekarno untuk pertama kali menciptakan konflik berdarah antara pihak abangan yang memihak Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan pihak santri pada peristiwa Madiun pada 1948.

Ketika gerakan pemurnian Islam muncul di Minangkabau awal abad ke-19, situasi seperti baru terjadi 50 tahun kemudian di Jawa. Banyak orang Jawa menerima gerakan pemurnian itu. Tetapi, rupanya mayoritas orang desa menolak kalau Islam yang baru itu membuat mereka tidak boleh percaya lagi kepada Danyang Desa, Sunan Lawu, atau Ratu Kidul.

Karena sampai dengan awal abad ke-19 di Jawa ada sintesa mistik. Islam menjadi satu agama mayoritas yang dipeluk orang Jawa tetapi berdasarkan konsep tertentu. Konsep pertama yang umum diterima adalah konsep identitas bahwa seorang Jawa sebagai seorang Islam. Kedua, orang Jawa yang menjadi Islam menjalankan lima rukun Islam seperti sembahyang dan puasa Ramadhan, walau ini kebanyakan dipeluk kalangan elit. Ketiga, orang Jawa menganggap diri sebagai Islam dan menjalankan lima rukun Islam. Tetapi dia menerima kekuatan gaib dan spiritiual lokal seperti Danyang Desa, Sunan Lawu, atau Ratu Kidul.

Situasi islamisasi dalam setiap periode berbeda menurut M. C. Ricklefs. Informasi awal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang berasal dari abad ke-14 menyebutkan bahwa pada jaman itu ada dua konsep agama yang saling bertentangan. Orang Jawa dipaksa harus memilih benar agama dan keyakinannya, orang harus pilih agama Jawa, atau Islam.

M. C. Ricklefs menyebutkan islamisasi Jawa merupakan suatu bentuk kebangkitan kembali agama dan gerakan pemurnian. Dia menyebut itu suatu perkembangan yang belum selesai dan masih terus berlangsung.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home