Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 19:53 WIB | Minggu, 01 November 2020

Macron: “Itu Bukan Alasan untuk Melakukan Kekerasan”

Dia mengatakan, menghormati Muslim yang dikejutkan oleh kartun Nabi Muhammad. Prancis tidak anti Muslim.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron. (Foto: dok. AFP)

PARIS, SATUHARAPAN.COM-Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan pada hari Sabtu (31/10) bahwa dia menghormati Muslim yang dikejutkan oleh kartun Nabi Muhammad, tetapi itu bukan alasan untuk melakukan kekerasan. Dan para pejabatnya meningkatkan keamanan setelah serangan dengan pisau di sebuah gereja di Prancis yang menewaskan tiga orang pekan ini.

Seorang penyerang yang meneriakkan "Allahu Akbar" memenggal kepala seorang perempuan dan membunuh dua orang lainnya di sebuah gereja di Nice pada hari Kamis (29/10), dalam serangan dengan pisau mematikan kedua di Prancis dalam dua pekan dengan dugaan motif Islamis.

Tersangka penyerang, berusia 21 tahun dari Tunisia, ditembak oleh polisi dan sekarang dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Polisi mengatakan pada hari Sabtu bahwa satu orang lagi ditahan sehubungan dengan serangan itu. Orang itu bergabung dengan tiga orang lainnya yang sudah ditahan karena dicurigai melakukan kontak dengan penyerang.

Macron telah mengerahkan ribuan tentara untuk melindungi situs-situs seperti tempat ibadah dan sekolah, dan para menteri telah memperingatkan bahwa serangan "militan Islamis" lainnya dapat terjadi.

Ketegangan Meningkat

Serangan di Nice, pada hari Muslim merayakan ulang tahun Nabi Muhammad, terjadi di tengah kemarahan Muslim yang meningkat di seluruh dunia terhadap pembelaan Prancis atas hak untuk menerbitkan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Pada 16 Oktober, Samuel Paty, seorang guru sekolah di pinggiran kota Paris, dipenggal kepalanya oleh seorang imigram dari Chechnya yang berusia 18 tahun yang tampaknya marah terhadap guru itu yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas selama pelajaran kewarganegaraan.

Para pengunjuk rasa mengecam Prancis dalam aksi unjuk rasa jalanan di beberapa negara yang mayoritas penduduknya Muslim, dan beberapa telah menyerukan untuk memboikot barang produksi Prancis.

Prancis mengantisipasi kemungkinan serangan lainnya, tersentak pada Sabtu (31/10) malam ketika seorang imam Gereja Ortodoks Yunani ditembak dan terluka di gerejanya di kota Lyon di tenggara. Tetapi para pejabat tidak memberikan indikasi bahwa ada dugaan terorisme.

Penjelasan Macron

Dalam upaya untuk memperbaiki apa yang dia katakan sebagai kesalahpahaman tentang niat Prancis di dunia Muslim, Macron memberikan wawancara kepada jaringan televisi Arab yang disiarkan pada hari Sabtu.

Di dalamnya, dia mengatakan Prancis tidak akan mundur dalam menghadapi kekerasan dan akan membela hak kebebasan berekspresi, termasuk penerbitan kartun.

Tetapi dia menekankan bahwa tidak berarti dia atau para pejabatnya mendukung kartun-kartun itu, yang oleh Muslim dianggap menghujat, atau bahwa Prancis anti Muslim.

"Jadi saya memahami dan menghormati bahwa orang dapat dikejutkan oleh kartun ini, tetapi saya tidak akan pernah menerima bahwa seseorang dapat membenarkan kekerasan fisik atas kartun ini, dan saya akan selalu membela kebebasan di negara saya untuk menulis, berpikir, menggambar," Kata Macron, menurut transkrip wawancara yang dirilis oleh kantornya.

"Peran saya adalah menenangkan segalanya, itulah yang saya lakukan, tetapi pada saat yang sama, melindungi hak-hak ini." (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home