Loading...
INSPIRASI
Penulis: Nugroho Edy Prasetyo 00:00 WIB | Jumat, 13 Desember 2013

Makan Bubur, Sebaiknya dari Pinggir!

Bubur ayam (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Suatu  kali saya kepingin makan bubur ayam di pinggir jalan bersama anak saya. Ketika pesanan tiba, dari aromanya saya sudah bisa membayangkan kelezatan dan nikmatnya makan bubur panas pada malam yang begitu dingin. Anak saya tiba-tiba berteriak, ”Aduh, Pak panas!” sambil mengipas-ngipas mulutnya yang kepanasan. Saya langsung memberi tahu supaya pelan-pelan makannya dan mulai makan dari pinggir—bagian yang tidak terlalu panas—lalu tiup sebentar, baru rasakan nikmatnya makan bubur.

Seperti makan bubur saat masih panas, kita mesti tahu caranya tanpa harus menunggu dingin. Sebab kalau sudah dingin terasa lain rasanya. Standard operating procedure makan bubur panas biasanya diambil sedikit demi sedikit dari pinggir terus ke tengah, lalu nikmati sampai habis.

Memandang dan sekaligus menyelesaikan masalah hidup juga begitu. Apalagi jika masalahnya sudah mulai memanas. Jika langsung hantam di tengah bisa berabe. Bukannya solusi yang didapat, bisa muncul persoalan baru.

Solusi memang bisa cepat diambil tanpa harus menunggu persoalan makin memuncak. Yang penting, tahu bagaimana seharusnya mengambil langkah yang tepat. Masalah apa pun, jika sedang mencapai titik didih, siasatilah secara perlahan tetapi pasti dengan meniupkan angin kesejukan sehingga masalah tersebut akan mendingin. Setelah itu, solusi bisa dikedepankan.

Setiap masalah ibarat bubur panas yang siap dinikmati asal tahu caranya.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home